A. Prinsip Dasar
Industri Ramah Lingkungan
Ramah lingkungan
pada dasarnya adalah penerapan konsep “zero waste”, pada pelaksanaanya industri
ramah lingkungan diharapkan dalamproses industri melakukan strategi mencegah,
mengurangi dan menghilangkanterbentuknya limbah sebagai bahan pencemar
lingkungan. Haltersebut dapat berjalan bila dalam aktivitasnya telah dirancang
mulai daribahan baku, teknologi proses sampai akhir kegiatan adalah
ramahlingkungan. Untuk mendukung terlaksananya strategi tersebut
diperlukansuatu perubahan yang mendasar dalam hal komitmen serta
perilakupimpinan dan karyawan, penyediaan sarana dan prasarana penunjangdan
peningkatan kompetensi SDM. Industri yang menerapkan strategiramah lingkungan
mempunyai tujuan:
1. menciptakan
produk yang sehat, aman dan berkualitas,
2. meminimalkan
potensi kontaminasi bahan-bahan yang beracun atau
berbahaya pada produk,
3. melindungi
kesehatan dan keselamatan pekerja
4. meminimalkan
terbentuknya limbah baik dalam jumlah dan
toksisitasnya.
Untuk mencapai
kondisi yang ramah lingkungan dalam suatu industry dapat diterapkan 6 (enam)
prinsip dasar yaitu Refine, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Retrieve
Energy. Model industri yang menerapkan 6 prinsip tersebut dapat berupa nir
limbah (zero waste), produksi bersih (cleaner production), produktivitas hijau
(green productivity) atau perusahaan hijau (greencompany). Model-model tersebut
berupaya untuk meningkatkan produktivitas, menjaga keberlanjutan produksi
dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan dan kesehatan serta keselamatan
pekerja.
1. Refine, adalah
penggunaan bahan atau proses yang lebih ramah
lingkungan dibandingkan dengan bahan atau
proses yangada saat
ini.
2. Reduce, adalah
pengurangan jumlah limbah atau kehilangan bahan
dengan optimalisasi proses atau operasional
menghasilkan limbah
yang mengalami pemborosan. Contoh:
mengganti keran atau pipa
bocor, memasang alat penangkap
ceceran/lelehan.
3. Reuse, adalah
pemakaian kembali bahan-bahan atau limbah pada
proses yang berbeda.
4. Recycle, adalah
penggunaan kembali bahan-bahan atau sumberdaya
untuk proses yang sama.
5. Recovery,
adalah kegiatan pengambilan kembali sebagianmaterial
penting dari aliran limbah untuk pemanfaatan
ulang dalam proses
atau dimanfaatkan untuk proses atau
keperluan lain.
6. Retrieve
Energy, adalah pemanfaatan limbah untuk digunakan
sebagai bahan bakar atau dalam arti yang luas
adalah penghematan
energi dalam proses produksi.
B. Manfaat
Penerapan Strategi Ramah Lingkungan
Beragam manfaat
dapat diperoleh perusahaan dengan menerapkan strategi ramah lingkungan.
Beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah:
1. Sebagai pedoman
bagi perbaikan produk dan proses produksi.
2. Efektif dan
efisien dalam penggunaan sumberdaya alam dan
energi.
3. Mengurangi atau
mencegah terbentuknya bahan pencemar atau limbah.
4. Mencegah
berpindahnya pencemar dari satu media lingkungan ke
media lingkungan lain.
5. Mengurangi
resiko terhadap kesehatan dan lingkungan.
6. Mendorong
pengembangan teknologi pengurangan limbah pada
sumbernya, teknologi bersih dan produk
akrab lingkungan.
7. Menghindari
biaya clean-up.
8. Meningkatkan
daya saing produk di pasar internasional melalui
penggunaan teknologi baru dan/atau
perbaikan teknologi.
9. Kerjasama yang
lebih erat antara pemerintah, agro-industri dan
masyarakat.
10. Pengurangan
biaya yang tinggi karena penerapan sistem
pengelolaan limbah ujung pipa (end off
pipe treatment).
C. Penerapan
Teknik Ramah Lingkungan
Penerapan teknik
ramah lingkungan pada industri dapat dimulai dengan hal-hal yang mudah dan
tidak memerlukan biaya investasi dan secara bertahap dikembangkan sesuai dengan
kesiapan perusahaan. Secara garis besar, pilihan penerapan industri ramah
lingkungan dapat dikelompokkan dalam 5 (lima) bagian yaitu:
1. Perubahan bahan
baku
1.1. Mengurangi
atau menghilangkan bahan baku yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun seperti
logam berat, zat pewarna,
pelarut.
1.2. Menggunakan
bahan baku yang berkualitas dan murni untuk
menghindari kontaminasi dalam proses
produksi.
1.3. Menggunakan
bahan-bahan daur ulang untuk menciptakan pasar
bagi bahan-bahan daur ulang.
2. Tata cara
operasi dan housekeeping
2.1. Tindakan
pencegahan kehilangan bahan baku, produk ataupun
energi dari pemborosan, kebocoran dan
tercecer dengan cara
memasang bendungan/dike untuk menampung
tumpahan dari
tangki, memasang safety valve,
perancangan tangki yang sesuai
dan mendeteksi kebocoran.
2.2. Penanganan
bahan untuk mengurangi kehilangan bahan akibat
kesalahan penanganan seperti bahan telah
kadaluarsa.
2.3. Penjadwalan
produksi dapat membantu mencegah pemborosan
energi, bahan dan air.
2.4. Melakukan
koordinasi pengelolaan limbah.
2.5. Memisahkan
atau segregasi limbah menurut jenisnya untuk
memudahkan pengelolaan kerugian akibat
kerusakan peralatan
dan mesin.
2.6. Mengembangkan
tata cara penanganan dan inventarisasi bahan
baku, energi, air, produk dan peralatan.
3. Penggunaan
kembali
3.1. Menggunakan
kembali sisa air proses, air pendingin, dan bahan
lainnya di dalam atau di luar sistem
produksi.
3.2. Mengambil
kembali bahan buangan sebagai energi.
3.3. Menciptakan
kegunaan limbah sebagai produk lain yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak luar.
4. Perubahan teknologi
4.1. Merubah
peralatan, tata letak dan perpipaan untuk memperbaiki
aliran proses produksi dan meningkatkan
efisiensi.
4.2. Memperbaiki
kondisi proses seperti suhu, waktu tinggal, laju aliran,
dan tekanan sehingga meningkatkan kualitas
produk dan
mengurangi jumlah limbah.
4.3. Menghindari
penggunaan bahan-bahan B3 (bahan beracun dan
berbahaya).
4.4. Menggunakan
atau mengatur peralatan seperti motor dan pompa
yang lebih hemat energi.
4.5. Menerapkan
sistem otomatisasi dapat menghasilkan perbaikan
monitoring dan pengaturan parameter
operasi untuk menjamin
tingkat efisiensi yang tinggi.
5. Perubahan
produk
5.1. Merubah
formulasi produk untuk mengurangi dampak kesehatan
bagi konsumen.
5.2. Merubah bahan
pengemasan untuk mengurangi dampak
lingkungan.
5.3. Mengurangi
kemasan yang tidak perlu.
BEBERAPA TEKNOLOGI
RAMAH LINGKUNGAN DI INDONESIA
1. Biogas adalah
gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi
bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam
kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses
untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair)
homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk
sistem biogas sederhana. Disamping itu juga sangat mungkin menyatukan saluran
pembuangan di kamar mandi atau WC ke dalam sistem Biogas. Di daerah yang banyak
industri pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau brem
bisa menyatukan saluran limbahnya kedalam system Biogas, sehingga limbah
industri tersebut tidak mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini
memungkinkan karena limbah industri tersebut di atas berasal dari bahan organik
yang homogen. Jenis bahan organik yang diproses sangat mempengaruhi
produktifitas sistem biogas disamping parameter-parameter lain seperti
temperatur digester, pH, tekanan dan kelembaban udara. Salah satu cara
menentukan bahan organik yang sesuai untuk menjadi bahan masukan sistem Biogas
adalah dengan mengetahui perbandingan Karbon (C) dan Nitrogen (N) atau disebut
rasio C/N.
2. Biopori atau
yang biasa disebut dengan Teknologi Lubang Resapan Biopori merupakan metode
alternatif untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah, selain dengan sumur
resapan. Pemanfaatan Biopori ini akan membuat keseimbangan alam terjaga, sampah
organik yang sering menimbulkan bau tak sedap dapat tertangani, disamping itu
juga dapat menyimpan air untuk musim kemarau.
Selain itu kelebihan dari Biopori ini adalah memperkaya kandungan air
hujan, karena setelah diresapkan kedalam tanah lewat Biopori yang mengandung
lumpur dan bakteri, air akan melarutkan dan mengandung mineral mineral yang
diperlukan oleh kehidupan. Adapun tujuan Lubang Resapan Biopori (LRB) ini adalah
agar air masuk sebanyak mungkin kedalam tanah.Kelebihan LRB lainnya adalah
selain sederhana, alat ini sangat mudah digunakan oleh kaum perempuan.
Selain itu 10
manfaat dari LRB ini antara lain adalah memelihara cacing tanah; mencegah
terjadinya keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah; menghambat intrusi air
laut; mengu-bah sampah organik menjadi kompos; meningkatkan kesuburan tanah;
menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah; mengatasi masalah yang ditimbulkan
oleh adanya genangan air seperti Demam Berdarah, Malaria, Kaki Gajah,
(mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran udara dan
perairan); mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan); serta mengurangi
banjir, longsor dan kekeringan.
3. Energi
alternatif biofuel yang dapat diperbarui dapat memperkuat ketersediaan bahan
bakar. Karenanya untuk mengembangkan bahan bakar tipe ini perlu kerja sama yang
harmonis dari semua pihak, termasuk pemerintah, industri otomotif dan swasta.
Ada dua macam jenis biofuel yang bisa dikembangkan yaitu, etanol dan biodiesel.
Etanol berasal dari alkohol yang strukturnya sama dengan bir atau minuman
anggur. Untuk membuat alkohol dilakukan melalui proses fermentasi dari bahan
baku tumbuhan yang mengandung karbohidrat tinggi, seperti ketela pohon. Etanol
dipergunakan untuk menggerakkan mesin berbahan bakar bensin.Khusus untuk mesin
diesel, bias mempergunakan bahan bakar jenis biodiesel. Diproduksi dari dari
senyawa kimia bernama alkil ester yang bisa diperoleh dari lemak nabati. Bahan
ester ini memiliki komposisi yang sama dengan bahan bakar diesel solar, bahkan
lebih baik nilai C-etananya dibandingkan solar. Sebagai bahan bakar cair,
biodiesel sangat mudah digunakan dan dapat langsung dimasukkan ke dalam mesin diesel
tanpa perlu memodifikasi mesin. Selain itu, dapat dicampur dengan solar untuk
menghasilkan campuran biodiesel yang memiliki C-etana lebih tinggi.
Biodieselpun sudah terbukti ramah lingkungan karena tidak mengandung sulfur.
Menggunakan biodiesel dapat menjadi solusi bagi Negara Indonesia untuk
mengurangi ketergantungan pada impor
bahan bakar solar
sebesar 39,7%.
4. Fenomena alam
sering menjadi inspirasi bagi peneliti untuk menciptakan teknologi ramah
lingkungan. Biopulping adalah salah satunya yang meniru proses mikroorganisme
pada proses pelapukan untuk digunakan dalam tingkat industri. Alam sering
memberi ide cemerlang bagi hidup manusia dari proses pelapukan kayu, ranting,
daun atau lainnya. Saat bahan-bahan itu melebur, terjadi pembusukan yang membuatnya
hancur bersama alam. Tak ada sampah atau limbah. Bila ditelaah lebih detail,
proses tersebut dimotori oleh mikroorganisme. Mikroorganisma yang terdiri atas
sejumlah mikroba membantu proses pelapukan sehingga sampah alam itu terurai,
kembali menjadi tanah berupa humus. Hasil kerja mikroorganisma yang sempurna
tak menghasilkan polusi tersebut memberi inspirasi pada para ilmuwan kita untuk
memanfaatkannya dalam sektor industri. Industri kertas dan pulp terkenal dengan
limbahnya yang sulit diatasi. Limbah ini berasal dari bahan kimia seperti soda
api, sulfit dan garam sulfida dalam proses penghilangan kandungan lignin. Bahan
kimia inilah yang dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan.
Proses penggunaan sulfur mencemari udara dan
sudah dilarang di sejumlah negara maju seperti Jerman. Pengolahan pulp yang
ideal adalah biopulping, yakni mengolah pulp dengan menggunakan bantuan
mikroba. Manfaat
biopulping yang
menonjol adalah penghematan energi dan pengurangan pemakaian bahan kimia.
Proses pembuatan bubur kayu alias pulp dan kertas biasa dilakukan dengan
memasak serpihan kayu, jerami atau ampas tebu. Semuanya menggunakan bahan
kimia. Tujuan proses ini untuk memisahkan komponen lignin. Dalam biopulping,
bahan-bahan kimia tadi digantikan oleh sejenis mikroba yang bias mengeluarkan
enzim dan mendegradasi lignin. Mikroba ini adalah golongan jamur atau fungi
pelapuk kayu yang banyak dijumpai di alam bebas. Bahan pemutih kertas yang
selama ini menggunakan bahan kimia seperti klorit dan hidrogen peroksida dapat
digantikan dengan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh fungi pelapuk. Beberapa
enzim yang sangat dikenal untuk menguraikan lignin adalah manganese
peroksidase, laccase dan lignin peroksidase.
Sepeda. Sekarang
dikembangkan kelompok-kelompok masyarakat yang
mengusung ide
penggunaan sepeda sebagai alternatif alat transportasi yang ramah lingkungan
seperti gerakan Bike-to-Work (B2W). Sepeda dapat digunakan dengan kecepatan
rata-rata 20 km/jam dan daya jelajah sekitar 1-5 kilometer.
Sepeda Listrik.
Alternatif lain dari sepeda manual adalah sepeda yang
digerakkan dengan
tenaga listrik baterai yang dapat diisi ulang. Di samping lebih hemat biaya,
sepeda ini juga tidak menimbulkan kebisingan dalam penggunaannya dibandingkan
sepeda motor. Kecepatan berkendaraan maksimum jenis sepeda ini adalah sekitar
40-60 km/jam dengan daya jelajah hingga 60 km.
Kendaraan Hybrid.
Adalah kendaraan yang dikembangkan dari bahan
yang ultra-ringan
tapi sangat kuat seperti komposit. Sumber tenaga kendaraan jenis ini umumnya
merupakan campuran antara bahan bakar minyak dan listrik yang dibangkitkan dari
putaran mesin kendaraan melalui teknologi rechargeable energy storage system
(RESS). Kendaraan jenis ini diklaim sebagai memiliki tingkat polusi dan
penggunaan bahan bakar yang rendah.
Kendaraan hypercar.
Kendaraan jenis ini memiliki fitur konstruksi yang
sangat ringan,
desain yang aerodinamis, penggerak berbahan baker hybrid dan beban aksesoris
yang minimal.
E. Rangkuman
Prinsip dasar
penerapan teknologi ramah lingkungan adalah strategi mencegah, mengurangi dan
menghilangkan terbentuknya limbah sebagai bahan pencemar lingkungan. Beberapa
model industry seperti; nir limbah (zero waste), produksi bersih (cleaner
production), produktivitas hijau (green productivity) atau perusahaan hijau
(green company) menerapkan 6 (enam) prinsip dasar teknologi ramah lingkungan
yaitu
Refine, Reduce,
Reuse, Recycle, Recovery dan Retrieve Energy berupaya untuk meningkatkan
produktivitas, menjaga keberlanjutan produksi dengan tetap memelihara
kelestarian lingkungan dan kesehatan serta keselamatan pekerja.
Manfaat lain
penerapan teknologi ramah lingkungan adalah diperoleh keuntungan secara
ekonomis, misal biaya mencegah terbentuk limbah lebih ringan dibandingkan beban
pengolahan limbah. Di Indonesia sebenarnya banyak contoh penerapan teknologi
ramah lingkungan tetapi belum luas, sehingga pencemaran lingkungan masih lebih
dominant beredar.
Penulis: MIFTACHUR
ROZI AINURROCHIM (15050524012)
0 komentar:
Posting Komentar