AREK MESIN

Total Tayangan Halaman

Senin, 23 Mei 2016

ARTIKEL PEMANFAATAN TEKNOLOGI TERMOELEKTRIK SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

Pada tahun 2020 mendatang diperkirakan kebutuhan energy akan bertambah sekitar 40 persen dari kebutuhan saat ini. Teknologi Termoelektrik merupakan sumber alternative utama dalam menjawab kebutuhan energy tersebut. Di samping  relative lebih ramah lingkungan, teknologi ini sangat efisien, tahan lama dan juga mampu menghasilkan energy dalam skala besar maupun kecil.
Teknologi termoelekrik bekerja dengan mengkonversikan atau mengubah energy panas menjadi energy listrik  secara langsung(generator termoelektrik ). Atau sebaliknya yaitu dari energy listrik menghasilkan dingin(Pendingin termoelekrik). Untuk dapat  menghasilkan listrik material Termoelektrik cukup diletakkan dalam rangkaian yang menghubungkan sumber panas dan dingin. Dari rangkaian ini akan dihasilakan sejumlah listrik dengan sesuai dengan jenis bahan yang dipakai.
Kerja Pendingin Termoelektrik pun tidak jauh berbeda. Jika material Termoelektrik dialiri listrik, panas yang ada disekitarnya akan terserap. Dengan demikian untuk mendinginkan udara tidak diperlukan compressor pendingin seperti halnya di mesin-mesin pendingin konvensional.
Voyager I dan II  adalah Pesawat ruang angkasa yang memanfaatkan teknologi Termoelektrik. Voyager yang diterbangkan NASA tahun 1977 ini dirancang khusus untuk terbang menjauhi  Tata Surya sehingga solar sell tidak  dapat dipergunakan.

Dalam menempuh perjalanan yang sangat jauh itu diperlukan pula energy yang besar dan stabil untuk mengirimkan data ke Bumi. Untuk itulah Voyager menggunakan teknologi Termoelektrik dengan plutonium -238 sebagi sumber panasnya (Radioisotop Thermoelectric Generator- RTGs). Sistem ini mampu membangkitkan listrik sebesar 400 watt, serta secara kontinu dan tanpa perawatan apa pun, Voyager tetap dapat mengirimkan  data walau sudah terbang selama 30 tahun.
Keberhasilan ini memberika peluang luas dalam aplikasi lainnya. Salah satunya adalah yang dikerjakan Nissan, dengan memanfaatkan panas dari mesin mobil.
Seperti yang kita ketahui, dari 100% bahan bakar yang dipakai, hanya sekitar 30% yang dipergunakan untuk menggerakan mobil. Sebagian besar energy terbuang dalam bentuk panas di Radiator dan gas buangan. Diantara kedua panas tersebut, gas buangan memiliki perbedaan panas lebih tinggi, yakni sekitar 300-700 derajat Celsius sehingga lebih baik untuk dikonversikan menjadi energy penggerak mobil. Dengan memanfaatkan gas buangan ini, mobil- mobil produksi Nissan mampu menghemat bahan bakar sebesar 10 %.
Contoh menarik lainnya adalah yang dilakukan oleh Seiko co ltd. Seiko memasarkan jam tangan Termoelektrik sejak tahun 1998 dengan nama Seiko Thermic. Jam tangan ini memanfaatkan perbedaan suhu tubuh dan suhu sekitarnya. Bahan yang digunakan yaitu bismuth- tellurium yang mampu menghasilkan listrik sebesar 0,2 Mv/oc. Jika 1000 buah material tersebut dipasangn seri tentu akan menghasilkan energy listrik sebesar 0,2 v dalam setiap perbedaan 1 0C. Untuk itu, Seiko membuat unit pembangkit listrik terdiri atas 10 buah modul Termoelektrik yang masing- masing berisi 100 kawt mikro. Dari setiap unit inilah dihasilkan energy listrik sebesar  0,15 v untuk mengisi baterai litium tersebut.
Aplikasi dalam pendingin Termolistrik lebih luas lagi. Pendingin wine di hotel Jepang sudah banyak menggunakan teknologi ini. Pendinginan energy Termoelektrik dapat diletakkan dengan leluasa di bawah tempat tidur karena tidak menimbulkan suara dan getaran.
          Mitsubishi saat ini juga sudah memproduksi kulkas Termoelektrik yang mampu menghemat energy sebesar  20% dibandingkan dengan kulkas biasa. Dalam dunia computer Termoelektrik dipergunakan untuk mendinginkan CPU computer.
Toshiba mengembangkan sebuah alat yang dapat mendinginkan sumber panas itu sendiri. Panas yang dihasilkan dari sumber panas dalam computer digunakan untuk membangkitkan listrik, kemudian listrik  itu dipergunakan unntuk memutar kipas yang diarahkan ke sumber panas. Perangkat ini mampu menurunkan panas sekitar 32 Oc.
Jika alat ini ditambahkan dengan alat pengontrol, tentu bisa dikontrol pula suhu yang ingin dicapai oleh sumber panas tersebut, tanpa menggunakan energi dari luar, baik untuk pendinginnya atau pun untuk penghasil listriknya.
 Sejarah Penemuan Energi Termoelektrik
Fenomena Termoelektrik pertama kali dipertemukan tahun 1821 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Diantara logam tersebut lalu diletakkan jarum kompas. Ketika sisi logam tersebut dipanaskan, jarum kompas ternyata bergerak. Belangan diketahui, hal ini terjadi karena aliran listrik yang terjadi pada logam menimbulkan medan magnet. Medan magnet inilah yang menggerakan jarum kompas. Fenomena tersebut kemudian dikenal dengan efek seebeck.
Penemuan seebeck ini memberikan inspirasi pada Charles Peltier untuk melihat kebalikan dari fenomena tersebut. Dia mengalirkan listrik pada dua buah logam yang direkatkan dalam sebuah rangkaian. Ketiak arus listrik dialirkan, terjadi penyerapan panas pada sambungan kedua logam tersebut dan pelepasan panas pada sambungan yang lainnya. Pelepasan dan penyerapan panas ini saling berbalik begitu arah arus dibalik. Penemuan yang terjadi pada tahun 1934 ini kemudian dikenal dengan efek Peltier. Efek seebeck dan Peltier inilahb yang kemudian menjadi dasar pengembangan teknologi termoelektrik.
Setelah itu, perkembangan termoelektrik tidak diketahui dengan jelas sampai kemudian dilanjutkkan oleh WW Coblenz pada tahun 1913 yang menggunakan tembaga dan constantan(campuran nikel dan tembaga). Dengan efisiensi konversi sebesar 0,008 persen, system yang dibuatnya itu berhasil membangkitkan listrik sebesar  0,6 Mw.



Pengembangan Energi Termoelektrik
Banyak apllikasi lain yang menggunakan energy  Termoelektrik yang sedang dikemb angkan saat ini, seperti pemanfaatan perbedaan panas didasar laut dan darat atau pemanfaatan perbedaan panas bumi. Kesulitan terbesar dalam pengembangan energy ini adalah mencari material termoelektrik yang memilkli efisiensi konversi energy yang tinggi.

Parameter material Termoelektrik dilihat dari besar figure of  merit suatu material. Idealnya, material Termoelektrik memiliki konduktivitas listrik tinggi dan konduktivitas panas yang rendah. Namun kenyataanya sangat sulit mendapatkan material seperti inni karena umumnya jika konduktivitas listrik suatu  material tinggi, konduktivitas panasnya pun juga akan tinggi.
Material yang banyak digunakan saat ini adalah Bi 2 Te 3, PbTe dan SiGe. Saat ini Bi2 Te3 memilki figure of merit tertinggi. Namun karena terurai dan teroksidasi pada  suhu diatas 500 0C, pemakaiannya masih terbatas.
Rendahnya figure of merit ini menyebabakan rendahnya efisiensi konversi yang dihasilkan, dimana saat ini efisiensinya masih berkisar dibawah 10 %. Nilai ini masih berkurang sampai 5 % stelah menjadi sebuah system pembangkit listrik. Masih cukup jauh dibandingkan dengan solar cell yang sudah mencapai 15%.

Namun, Penelitian ini masih terus berkembang apalagi setelah Yamaha Co.Ltd berhasil menaikkan figure of merit sebesar 40% dari yang ada selama ini.


Penulis: Anita Rahmawati (15050524028)

0 komentar:

Posting Komentar