AREK MESIN

Total Tayangan Halaman

Senin, 23 Mei 2016

ARTIKEL CARA MENGOLAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BBM

Dengan melihat banyaknya konsumsi masyarakat menggunakan plastik sebagai tas belanjaan atau sekedar sebagai wadah makanan atau minuman. Bahwasanya plastik menurut peneliti sangat susah untuk diurai dalam tanah oleh dekomposer karena ada kandungan zat kimia yang susah untuk diurai tanah.
          Dengan jumlah manusia di bumi sedemikian banyaknya, maka sampah-sampah plastik akan menumpuk dan terbengkalai serta susah untuk diurai. Maka kami berinisiatif membuat sebuah penemuan untuk mengatasi sebagian kecil hal tersebut, dan bila dikembangkan akan mengurangi dampak dari penumpukan sampah plastik tersebut.
          Kami menemukan sebuah alat sederhana yang bisa mengubah sampah plastik misal plastik kresek, bekas makanan ciki, dll menjadi suatu minyak yang dapat dijadikan bahan bakar kendaraan dsb. Sebelum ditemukannya alat ini, kami meneliti terlebih dahulu apa yang bisa diambil dari plastik ini untuk kemudian dijadikan sebuah produk yang berguna bagi masyarakat. Awalnya tidak mudah untuk meneliti sampah plastik tersebut dan akhirnya kami menemukan bahwa uap dari hasil pembakaran sampah dapat diendapkan menjadi sebuah minyak.
          Dengan alat tersebut konsumsi masyarakat akan kebutuhan plastik akan berkurang, sebab plastik yang dikiranya sampah dapat berguna untuk berbagai hal.
          Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, masalah yang timbul dari diciptakannya alat ini adalah penumpukan sampah-sampah yang terjadi di belahan dunia. Sampah-sampah didominasi dari sampah plastik, kemungkinan ada 90% sampah dunia adalah plastik. Berikut pemaparan masalah yang timbul:
1.     Sampah yang tidak bisa atau sulit diurai oleh tanah dan dekomposer adalah sampah plastik, karena terdapat zat kimia yang sulit diserap tanah.
2.     Konsumsi masyarakat akan plastik sangat tinggi dan masyarakat sangat tergantung pada plastik.
3.     Jika manusia sangat tergantung akan guna plastik, maka akan terjadi penumpukan sampah plastik yang tiada habisnya, bila dibuang akan menjadi sia-sia, jika dimanfaatkan maka tetap saja menjadi plastik.
4.     Jika plastik dibakar akan mengakibatkan polusi bagi udara sekitar.
Sangat susah untuk mengatasi masalah tersebut, karena plastik merupakan konsumsi utama karena simpel, manusia bersifat tidak ingin repot dalam berbagai hal. Kegunaan plastik yang beragam dan mudah dibawa kemana-mana serta bila tidak diperlukan bisa dibuang dimana-mana.
Pada penelitian tentang alat ini, dibahas tentang pemanfaatan tentang sampah plastik yang menjadi komoditi utama pada alasan pembuatan teknologi ini. Dalam alat ini sampah plastik hanya diubah dalam 3 bentuk cairan, yaitu BBM premium, solar, dan minyak tanah.
Dari ketiga bahan tersebut semuanya belum murni atau bersih, tapi aman dipakai dalam kendaraan bermotor. Pada penelitian kali ini hanya memfokuskan pembuatan minyak tersebut dari sampah-sampah plastik yang beredar di masyarakat.
Semua jenis plastik bisa dibuat minyak melalui alat ini. Tentang pengujian hasil produk yang dihasilkan belum dilakukan, tapi kemungkinan aman bila dipakai.
Alat ini hanya menekankan pada proses sistem pemanasan dan proses destilasi untuk menangkap hasil uap dari plastik yang dibakar.
Ada beberapa rumusan masalah terkait halnya dengan ketergantungan manusia pada plastik, yaitu sebagai berikut:
1.     Sampah yang tidak bisa atau sulit diurai oleh tanah dan dekomposer adalah sampah plastik, karena terdapat zat kimia yang sulit diserap tanah.
2.     Konsumsi masyarakat akan plastik sangat tinggi dan masyarakat sangat tergantung pada plastik.
3.     Jika manusia sangat tergantung akan guna plastik, maka akan terjadi   penumpukan sampah plastik yang tiada habisnya, bila dibuang akan  menjadi sia-sia, jika dimanfaatkan maka tetap saja menjadi plastik.
4.     Jika plastik dibakar akan mengakibatkan polusi bagi udara sekitar.
5.     Penumpukan sampah plastik akan mengakibatkan daerah sekitar tercemar bahan kimia berbahaya dari plastik.
6.     Pengenalan cara mendaur ulang sampah plastik agar bermanfaat dan tidak terbuang percuma.
Berikut tadi sebagian besar dari berbagai rumusan masalah yang timbul dari adanya sampah plastik pada bumi. Sebagai manusia patut sewajarnya menggunakan kebijakan dalam mengolah sampah dengan baik, bukan hanya menggunakan dan telah habis dibuang begitu saja.
Tujuan utama dari pembuatan artikel beserta alat teknologi sederhana berikut bukan lain untuk mengurangi dampak penumpukan sampah plastik yang melanda pada berbagai daerah. Tujuan lainnya merupakan untuk memanfaatkan limbah plastik yang terbengkalai menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.
Manfaat dari artikel dan alat ini salah satunya menambah wawasan dan pengetahuan tentang pendaur ulangan sampah plastik menjadi suatu produk yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat lain dari segi ekonomi, produk dari pendaur ulangan sampah dapat dijadikan nominal mata uang jika dijual dengan cara yang benar. Masih banyak lagi manfaat dari alat ini.
Sebelum beranjak pada pengenalan alat pengolah plastik ini terlebih dahulu mengenal apa itu plastik terlebih dahulu. Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul atau polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya adalah Karbon dan Hidrogen. Untuk membuat plastik, salah satu bahan baku yang sering digunakan adalah Naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan minyak bumi atau gas alam. Sebagai gambaran, untuk membuat 1 kg plastik memerlukan 1,75 kg minyak bumi , untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya maupun kebutuhan energi prosesnya (Kumar dkk., 2011).

Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan termosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan. Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik di atas, thermoplastik adalah jenis yang memungkinkan untuk didaur ulang.  Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan penggunaannya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel . Jenis plastik, kode dan penggunaannya
No
kode
Jenis plastik
penggunaannya

1
PET (polyethylene terephthalate)
botol kemasan air mineral, botol minyak goreng, jus, botol sambal, botol obat, dan botol kosmetik
2
HDPE (High-density Polyethylene)
botol obat, botol susu cair, jerigen pelumas, dan botol kosmetik
3
PVC (Polyvinyl Chloride)
pipa selang air, pipa bangunan, mainan, taplak meja dari plastik, botol shampo, dan botol sambal
4
LDPE (Low-density Polyethylene)
kantong kresek, tutup plastik, plastik pembungkus daging beku, dan berbagai macam plastik tipis lainnya
5
PP (Polypropylene atau Polypropene)
cup plastik, tutup botol dari plastik, mainan anak, dan margarine
6
PS (Polystyrene) kotak CD
sendok dan garpu plastik, gelas plastik, atau tempat makanan dari styrofoam, dan tempat makan plastik transparan
7
Other (O)
jenis plastik lainnya selain dari no.1 hingga 6 botol susu bayi, plastik kemasan, gallon air minum, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, sikat gigi, dan mainan lego

Bahan Plastik Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam proses pembuatan dan daur ulang plastik.  Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik lebur (Tm), temperatur transisi  (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah temperatur di mana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel.Di atas titik lebur, plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya.Temperatur lebur adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya (Budiyantoro, 2010) Data sifat termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik
Jenis Bahan
Tm (ºC)
Tg (ºC)
Temperatur kerja maks. (ºC)
PP
168
5
80
HDPE
134
-110
82
LDPE
330
-115
260
PA
260
50
100
PET
250
70
100
ABS

110
85
PS

90
70
PMMA

100
85
PC

150
246
PVC

90
71


Kemudian kita mengenal dulu apa itu daur ulang, Daur ulang merupakan proses pengolahan kembali barang-barang yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi melalui proses fisik maupun kimiawi atau kedua-duanya sehingga diperoleh produk yang dapat dimanfaatkan atau diperjualbelikan lagi. Daur ulang (recycle) sampah plastik dapat dibedakan menjadi empat cara yaitu daur ulang primer, daur ulang sekunder, daur ulang tersier dan daur ulang quarter. Daur ulang primer adalah daur ulang limbah plastik menjadi produk yang memiliki kualitas yang hampir setara dengan produk aslinya. Daur ulang cara ini dapat dilakukan pada sampah plastik yang bersih, tidak terkontaminasi dengan material lain dan terdiri dari satu jenis plastik saja. Daur ulang sekunder adalah daur ulang yang menghasilkan produk yang sejenis dengan produk aslinya tetapi dengan kualitas di bawahnya.Daur ulang tersier adalah daur ulang sampah plastik menjadi bahan kimia atau menjadi bahan bakar. Daur ulang quarter adalah proses untuk mendapatkan energi yang terkandung di dalam sampah plastik (Kumar dkk., 2011). Perbandingan energi yang terkandung dalam plastik dengan sumber- sumber energi lainnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3  Nilai kalor plastik dan bahan lainnya
Material
Nilai Kalor (MJ/kg)
Polyethylene
46,3
Polypropylene
46,4
Polyvinyl chloride
18,0
Polystyrene
41,4
Coal
24,3
Petrol
44,0
Diesel
43,0
Heavy fuel oil
41,1
Light fuel oil
41.9
LPGs
46,1
Kerosene
43,4
Sumber: Das dan Pande, 2007


Masuk dalam teori alat konversi, Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat dilakukan dengan proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini dapat diguna sebagai bahan kimia atau bahan bakar. Ada tiga macam proses cracking yaitu hidro cracking, thermal cracking dan catalytic cracking (Panda, 2011).
Hidro cracking Hidro cracking adalah proses cracking dengan mereaksikan plastik dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada temperatur antara 423 – 673 K dan tekanan hidrogen 3 – 10 MPa. Dalam proses hydrocracking ini dibantu dengan katalis. Untuk membantu pencapuran dan reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin dan decalin. Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain alumina, amorphous silica alumina, zeolite dan sulphate zirconia. Penelitian tentang proses hydrocracking ini antara lain telah dilakukan oleh Rodiansono (2005) yang  melakukan penelitian hydro cracking sampah plastik polipropilena menjadi bensin (hidrokarbon C5-C12) menggunakan katalis NiMo/Zeolit dan NiMo/Zeolit-Nb2O5. Proses hydro cracking dilakukan dalam reaktor semi alir (semi flow-fixed bed reactor) pada temperatur 300, 360, dan 400 °C; rasio katalis/umpan 0,17; 0,25; 0,5 dengan laju alir gas hidrogen 150 mL/jam. Uji aktivitas katalis NiMo/zeolite yang menghasilkan selektivitas produk C7-C8 tertinggi dicapai pada temperatur 360 °C dan rasio katalis/umpan 0,5. Kinerja katalis NiMo/zeolit menurun setelah pemakaian beberapa kali, tetapi dengan proses regenerasi kinerjanya bisa dikembalikan lagi.

Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan Bahan Bakar Minyak dari sampah plastik tersebut yaitu mesin pencacah dan bahan yang digunakan yaitu sampah plastik yang terdiri dari botol-botol minuman, gelas plastik, rak piring plastik dll.
          Kemudian prosedur kerjanya atau bisa dapat dibilang langkah-langkah untuk membuat Bahan Bakar Minyak dari plastik sebagai berikut:
1.   Siapkan sampah plastik (contoh botol plastik)
2.   Nyalakan mesin pencacah hingga panas
3.   Masukkan sampah plastik dan padatkan kedalam mesin pencacah yang telah panas tersebut
4.   Kemudian tutup rapat dan kunci penutup mesin pencacah tersebut
5.   Biarkan selama beberapa jam untuk mendapatkan hasil yang maksimal
6.   Setelah  proses  tersebut selesai cairan minyak akan keluar melalui mulut mesin atau selang yang berada pada sisi kiri kanan mesin.

Penulis: Priyargo bregas (15050524005)

0 komentar:

Posting Komentar