AREK MESIN

Total Tayangan Halaman

Senin, 23 Mei 2016

Kurangi penggunaan kertas, mari beralih ke teknologi media digital.

Perusahaan kertas yang melakukan penebangan hutan
Seperti yang kita ketahui bahwa, Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Khususnya alam, Kita bernapas memerlukan udara dari alam, kita makan juga dari alam bahkan kita hidup juga di alam. Alam memberikan banyak sekali manfaat bagi makhluk hidup terutama manusia. Coba bayangkan jika kita hidup tanpa alam! Apakah kita akan tetap hidup dibumi?? Tentunya tidak. Sudah sejatinya, manusia menjaga kelestarian alam ini demi menjaga  keseimbangan dan keberlangsungan Bumi ini.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dia diciptakan sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Bukan tidak mungkin, manusia bisa mengubah isi bumi yang begitu luas dengan akalnya. Bahkan, berbuat kerusakan lingkungan dimuka bumi.
Kerusakan yang disebabkan oleh manusia ini justru lebih besar dibanding kerusakan akibat bencana alam. Ini mengingat kerusakan yang dilakukan bisa terjadi secara terus menerus dan cenderung meningkat. Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti penggundulan hutan untuk industri,perusakan hutan /alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan tanah dan lain sebagainya.
Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun. Bahkan kalau menilik data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.
Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun.
Ya, industri kayu. Kayu banyak sekali digunakan oleh manusia untuk pembuatan kertas,rumah,hotel,sekolah dan universitas. Kertas merupakan suatu benda yang tidak terlepas dari kita. Hal itu terlihat disekeliling kita sampah-sampah berupa kertas, kertas tisu, kertas karton, atau kertas karbon yang umumnya digunakan untuk membuat makalah, proposal, nota, revisi tugas, atau hanya untuk mengusap keringat dan kotoran. Padahal, 20,5% total sampah warga Jakarta adalah sampah kertas yang bahan baku pembuatnya diperoleh dari penggundulan hutanyang merupakan penyumbang terbesar emisi nasional.
Jika berandai-andai kalau satu orang saja menghabiskansekitar 20 lembar kertas per harinya, maka dalam waktu sebulan ia akan menghabiskan 600 lembar kertas, dan 7200 lembar atau 14,4 rim kertas dalam kurun waktu setahun. Faktanya, untuk menghasilkan 14,4 rim kertas, dibutuhkan satu pohon sebagai sumber bahan bakunya. Berdasarkan perhitungan tersebut, satu orang harus menanam satu pohon baru untuk menggantikan satu pohon lain yang sudah ditebang sebagai sumber bahan baku pembuatan kertas yang sudah ia konsumsi selama setahun.
Sekadar tambahan, satu batang pohon kayu keras dengan diameter 15–16 cm dan tinggi 12 meter dapat menghasilkan 1,2 kilogramgas Oksigen per hari. Jika satu orang membutuhkan 0,5 kilogramgas Oksigen per hari berarti menebang satu pohon akan menghilangkan sumber gas Oksigen untuk dua orang. Pernah menonton film Gravity dan merasakan ketegangan ketika tabung gas Oksigen milik Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) segera menipis sedangkan ia berada sendirian di luar angkasa? Mungkin manusia akan merasakan hal tersebut ketika ribuan hektar hutan di dunia terus ditebang atas alasan yang tidak bisa diterima akal; untuk keperluan bahan baku produksi kertas, alih fungsi lahan, dan lain-lain.
Bayangkan ketika angka produksi meningkat drastis sementara planet ini kehabisan gas Oksigen, kira-kira siapa yang akan menjadi konsumennya? Demi menyadarkan masyarakat tentang pentingnya penghematan penggunaan kertas untuk menjaga keberadaan gas Oksigen di muka bumi, Maka dari itu, sudah sepantasnya kita sebagai manusia harus beralih ke teknologi media digital untuk mengurangi penggunaan kertas.
Dengan pertimbangan. Pertama, teknologi media yang masih bersifat paper based cenderung tidak efisien. Hal ini dapat dilihat ketika pengguna ingin menyimpan koran dalam jumlah yang banyak; maka untuk menyimpan koran yang terdiri dari banyak kertas, membutuhkan ruangan yang tidak sedikit. Hal ini bersifat tidak efisien dari segi penyimpanan. Selain itu, jika pengguna ingin membeli majalah, maka ia harus pergi ke tempat penjualan majalah atau menunggu penjual berkeliling. Hal ini tidak efisien dari segi waktu, sehingga pengguna harus menghabiskan waktu hanya untuk membeli sebuah majalah, Teknologi media digital, tidak lagi berkutat dengan hal-hal di atas. Pengguna hanya perlu mengunjungi sebuah situs internet yang menjual koran atau majalah secara online dan pengguna hanya perlu mengunduh saja ke perangkat yang mereka gunakan (laptop, PC, atau tablet). Media baca yang diunduh bersifat soft copy sehingga tidak membutuhkan kertas. Jika ingin menggandakannya, maka pengguna tidak perlu melakukan foto copy, tetapi hanya perlu bertukar file saja. Hal ini merupakan keunggulan dari teknologi media yang bersifat digital, yaitu efisiensi ruang dan waktu. Secara ringkas, dapat dipahami bahwa teknologi media yang bersifat digital lebih sesuai dan dapat diintegrasikan dengan perangkat lainnya (computer compatibility) (Mirabito dan Morgensen, 2004: 21)
Kedua, teknologi media yang masih bersifat paper based cenderung tidak ramah lingkungan. Untuk memproduksi buku, koran, atau majalah, maka dibutuhkan banyak kertas yang berasal dari banyak pohon. Hal ini cenderung bersifat tidak ramah lingkungan karena pohon-pohon ditebang untuk membuat berbagai macam jenis media baca. Selain itu, ketika ingin digandakan, maka dibutuhkan lagi kertas. Teknologi media analog ini jauh berbeda dengan teknologi media yang bersifat digital, yang menggunakan pertukaran file sesama pengguna. Secara umum, teknologi media baca yang analog tidak fleksibel karena dalam penggunaannyan dan dalam berbagai (sharing) masih harus membutuhkan banyak perangkat (Mirabito dan Morgensen, 2004: 22). Kelemahan ini yang membuat teknologi analog menjadi gradual ditinggalkan dan mulai beralih ke teknologi yang bersifat digital.
            Begitulah perkembangan zaman yang serba modern ini, orang tidak hanya pandai merekayasa sosial tetapi juga pandai menjelma pena, kertas dan Buku menjadi barang yang praktis bisa dibawa kemana-mana, Netbook dan Smartphone, dan bahkan ada yang lebih canggih lagi.

Penulis: Bagus Anggraini (15050524025)

0 komentar:

Posting Komentar