Perusahaan kertas yang melakukan penebangan hutan |
Seperti
yang kita ketahui bahwa, Kehidupan
manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya.
Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Khususnya alam, Kita bernapas
memerlukan udara dari alam, kita makan juga dari alam bahkan kita hidup juga di
alam. Alam memberikan banyak sekali manfaat bagi makhluk hidup terutama
manusia. Coba bayangkan jika kita hidup tanpa alam! Apakah kita akan tetap
hidup dibumi?? Tentunya tidak. Sudah sejatinya, manusia menjaga kelestarian
alam ini demi menjaga keseimbangan dan keberlangsungan Bumi ini.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa. Dia diciptakan sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran
untuk berkarya dimuka bumi. Bukan tidak mungkin, manusia bisa mengubah isi bumi
yang begitu luas dengan akalnya. Bahkan, berbuat kerusakan lingkungan dimuka
bumi.
Kerusakan yang disebabkan oleh manusia ini justru
lebih besar dibanding kerusakan akibat bencana alam. Ini mengingat kerusakan
yang dilakukan bisa terjadi secara terus menerus dan cenderung meningkat.
Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah
lingkungan seperti penggundulan hutan
untuk industri,perusakan
hutan /alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran
udara, air, dan tanah dan lain
sebagainya.
Kerusakan hutan
(deforestasi) masih
tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju deforestasi (kerusakan
hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju
deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar pertahun. Bahkan kalau
menilik data yang dikeluarkan oleh State of the World’s Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture
Organization (FAO),
angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju
deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan ‘gelar kehormatan’ bagi
Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia.
Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar
disumbang oleh kegiatan industri, terutama industri kayu, yang telah
menyalahgunakan HPH yang diberikan sehingga mengarah pada pembalakan liar.
Penebangan hutan di Indonesia mencapai 40 juta meter kubik setahun, sedangkan
laju penebangan yang sustainable (lestari berkelanjutan) sebagaimana
direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta
kubik meter setahun.
Ya, industri kayu. Kayu banyak sekali digunakan
oleh manusia untuk pembuatan kertas,rumah,hotel,sekolah dan universitas. Kertas
merupakan suatu benda yang tidak terlepas dari kita. Hal itu terlihat
disekeliling kita sampah-sampah berupa kertas, kertas tisu, kertas karton, atau
kertas karbon yang umumnya digunakan untuk membuat makalah, proposal, nota,
revisi tugas, atau hanya untuk mengusap keringat dan kotoran. Padahal, 20,5%
total sampah warga Jakarta adalah sampah kertas yang bahan baku pembuatnya
diperoleh dari penggundulan hutanyang merupakan penyumbang terbesar emisi
nasional.
Jika berandai-andai kalau satu orang saja
menghabiskansekitar 20 lembar kertas per harinya, maka dalam waktu sebulan ia
akan menghabiskan 600 lembar kertas, dan 7200 lembar atau 14,4 rim kertas dalam
kurun waktu setahun. Faktanya, untuk menghasilkan 14,4 rim kertas, dibutuhkan
satu pohon sebagai sumber bahan bakunya. Berdasarkan perhitungan tersebut, satu
orang harus menanam satu pohon baru untuk menggantikan satu pohon lain yang
sudah ditebang sebagai sumber bahan baku pembuatan kertas yang sudah ia
konsumsi selama setahun.
Sekadar tambahan, satu batang pohon kayu keras
dengan diameter 15–16 cm dan tinggi 12 meter dapat menghasilkan 1,2 kilogramgas
Oksigen per hari. Jika satu orang membutuhkan 0,5 kilogramgas Oksigen per hari
berarti menebang satu pohon akan menghilangkan sumber gas Oksigen untuk dua
orang. Pernah menonton film Gravity dan merasakan ketegangan ketika tabung gas
Oksigen milik Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) segera menipis sedangkan ia
berada sendirian di luar angkasa? Mungkin manusia akan merasakan hal tersebut
ketika ribuan hektar hutan di dunia terus ditebang atas alasan yang tidak bisa
diterima akal; untuk keperluan bahan baku produksi kertas, alih fungsi lahan,
dan lain-lain.
Bayangkan ketika angka produksi meningkat drastis sementara
planet ini kehabisan gas Oksigen, kira-kira siapa yang akan menjadi
konsumennya? Demi menyadarkan masyarakat tentang pentingnya penghematan
penggunaan kertas untuk menjaga keberadaan gas Oksigen di muka bumi, Maka dari
itu, sudah sepantasnya kita sebagai manusia harus beralih ke teknologi media
digital untuk mengurangi penggunaan kertas.
Dengan pertimbangan. Pertama,
teknologi media yang masih bersifat paper
based cenderung tidak
efisien. Hal ini dapat dilihat ketika pengguna ingin menyimpan koran dalam
jumlah yang banyak; maka untuk menyimpan koran yang terdiri dari banyak kertas,
membutuhkan ruangan yang tidak sedikit. Hal ini bersifat tidak efisien dari
segi penyimpanan. Selain itu, jika pengguna ingin membeli majalah, maka ia
harus pergi ke tempat penjualan majalah atau menunggu penjual berkeliling. Hal
ini tidak efisien dari segi waktu, sehingga pengguna harus menghabiskan waktu
hanya untuk membeli sebuah majalah, Teknologi media digital, tidak lagi
berkutat dengan hal-hal di atas. Pengguna hanya perlu mengunjungi sebuah situs
internet yang menjual koran atau majalah secara online dan pengguna hanya perlu
mengunduh saja ke perangkat yang mereka gunakan (laptop, PC, atau tablet).
Media baca yang diunduh bersifat soft
copy sehingga tidak
membutuhkan kertas. Jika ingin menggandakannya, maka pengguna tidak perlu
melakukan foto copy,
tetapi hanya perlu bertukar file saja. Hal ini merupakan
keunggulan dari teknologi media yang bersifat digital, yaitu efisiensi ruang
dan waktu. Secara ringkas, dapat dipahami bahwa teknologi media yang bersifat
digital lebih sesuai dan dapat diintegrasikan dengan perangkat lainnya (computer
compatibility) (Mirabito dan Morgensen, 2004: 21)
Kedua, teknologi media yang masih bersifat paper based cenderung tidak ramah lingkungan.
Untuk memproduksi buku, koran, atau majalah, maka dibutuhkan banyak kertas yang
berasal dari banyak pohon. Hal ini cenderung bersifat tidak ramah lingkungan
karena pohon-pohon ditebang untuk membuat berbagai macam jenis media baca.
Selain itu, ketika ingin digandakan, maka dibutuhkan lagi kertas. Teknologi
media analog ini jauh berbeda dengan teknologi media yang bersifat digital,
yang menggunakan pertukaran file sesama pengguna. Secara umum,
teknologi media baca yang analog tidak fleksibel karena dalam penggunaannyan
dan dalam berbagai (sharing) masih harus membutuhkan banyak perangkat
(Mirabito dan Morgensen, 2004: 22). Kelemahan ini yang membuat teknologi analog
menjadi gradual ditinggalkan dan mulai beralih ke teknologi yang bersifat
digital.
Begitulah perkembangan zaman yang serba modern ini, orang
tidak hanya pandai merekayasa sosial tetapi juga pandai menjelma pena, kertas
dan Buku menjadi barang yang praktis bisa dibawa kemana-mana, Netbook dan
Smartphone, dan bahkan ada yang lebih canggih lagi.
Penulis: Bagus Anggraini (15050524025)
0 komentar:
Posting Komentar