AREK MESIN

Total Tayangan Halaman

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 24 Juni 2016

Handy Pressing Charger

BAB 1
 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tingginya tingkat kebutuhan masyarakat akan teknologi membuat sebagian dari mereka tidak mampu berlaku bijak untuk memanfaatkannya. Hampir semua teknologi masa kini identik dengan bentuk energi listrik sebagai bentuk energi utama. Namun persoalan energi listrik selalu terbatas dalam hal kuantitas maupun avabilitasnya.
Gagasan yang akan diterapkan untuk memecahkan masalah diatas adalah konsep Handy Pressing Charger yang sama sekali tidak membutuhkan energi listrik untuk kebutuhan pengguna dalam pengisian ulang alat elektronik. Konsep ini memanfaatkan energi mekanik untuk dapat menghasilkan energi listrik dimana saja. Sistem generator sederhana di dalam Handy Pressing Charger akan diputar oleh torsi yang dihasilkan oleh tangan pengguna.
Implementasi alat ini sangatlah mudah diterapkan di masyarakat. Melalui beberapa promosi maupun iklan pemasaran, alat ini akan diminati oleh masyarakat. Karena kebutuhan mereka untuk mengisi ulang baterai gadget-nya dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dapat dibawa kemana-mana, dan tanpa harus mencari sumber listrik PLN.
1.2 Batasan Masalah
Disini, kelompok kami hanya akan membahas pengertian Handy Pressing Charger, perancangan kerja Handy Pressing Charger, serta manfaatnya dalam kehidupan di masyarakat.
1.3 Tujuan Pembahasan

Tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah mempelajari secara lebih mendalam akan prinsip dasar fisika yang digunakan pada Handy Pressing Charger. Cara kerja dari sebuah Handy Pressing Charger juga akan menjadi tujuan utama kami dalam pembuatan makalah ini. Selain itu, tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mendasar kepada teman-teman mahasiswa mengenai Handy Pressing Charger. Diharapkan setelah membaca makalah ini, teman-teman mahasiswa akan lebih mengerti tentang apa itu Handy Pressing Charger, bukan hanya sekedar pernah mendengar saja. Lebih lanjut, diharapkan agar teman-teman mahasiswa akan mengerti secara lebih mendalam tentang cara kerja Handy Pressing Charger sehingga bisa mengembangkan prinsip dan cara kerja tersebut pada alat ataupun pada bidang lainnya.

BAB 2
ISI

2.1 Pengertian Handy Pressing Charger
Handy Pressing Charger  ini menggunakan energi mekanik tangan yang disalurkan pada putaran torsi generator sehingga energy mekanik dapat dikonversikan kedalam bentuk energy listrik, selanjutnya energi listrik yang dihasilkan digunakan sebagai charger gadget. Proses pengisian batterai gadget dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dapat dibawa dimana-mana, dan tanpa harus mencari sumber listrik PLN.
2.2 Perancangan Handy Pressing Charger
Perancangan sengaja dibuat sesederhana mungkin agar alat ini terlihat sederhana dan mampu untuk dipasarkan secara komersial. Sistem yang dibuat harus dapat melebihi performa charger gadget biasa. Perancangan yang kami lakukan adalah memulainya dengan gambar tangan yang selanjutnya digambar melalui software.

Keterangan:
1. Output charger
2. Baterai ion lithium 3.6V, 200 mAh
3. Magnet generator AC
4. PCB.
Terdiri dari :
·         Rectifier

           Pada sebelumnya Dioda Daya tutorial kita membahas cara-cara untuk mengurangi riak atau tegangan variasi pada tegangan DC langsung dengan menghubungkan kapasitor di resistansi beban. Sedangkan metode ini mungkin cocok untuk aplikasi daya rendah itu tidak cocok untuk aplikasi yang membutuhkan tegangan DC pasokan "stabil dan halus". Salah satu metode untuk memperbaiki ini adalah dengan menggunakan setiap setengah siklus tegangan input bukan setiap setengah siklus lainnya. Sirkuit yang memungkinkan kita untuk melakukan hal ini disebut Penuh Gelombang Rectifier.

Seperti sirkuit setengah gelombang, Kendali Gelombang Rectifier Circuit menghasilkan tegangan output atau arus yang murni DC atau memiliki beberapa ditentukan komponen DC. gelombang penuh rectifier memiliki beberapa keunggulan mendasar lebih dari setengah rekan-rekan penyearah gelombang mereka. Tegangan output rata-rata (DC) lebih tinggi dari setengah gelombang, output dari penyearah gelombang penuh memiliki riak jauh lebih sedikit dibandingkan dengan penyearah setengah gelombang menghasilkan output gelombang halus.

Dalam rangkaian lengkap Gelombang Rectifier dua dioda yang sekarang digunakan, satu untuk setiap setengah siklus. Sebuah transformator berliku berganda digunakan yang sekunder berliku dibagi rata menjadi dua bagian dengan pusat umum mengetuk koneksi, (C). Hasil konfigurasi ini di masing-masing dioda melakukan pada gilirannya ketika terminal anoda adalah positif terhadap pusat transformator titik C menghasilkan output selama kedua setengah siklus, dua kali lipat untuk penyearah setengah gelombang sehingga 100% efisien seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Penuh Gelombang Rectifier Circuit

Penuh rangkaian penyearah gelombang terdiri dari dua dioda tersambung ke resistensi tunggal beban (RL) dengan masing-masing diode mengambil pada gilirannya untuk memasok arus ke beban. Ketika titik A dari transformator adalah positif sehubungan dengan titik C, dioda D1 melakukan dalam arah maju seperti yang ditunjukkan oleh anak panah.

       Ketika titik B adalah positif (pada semester negatif dari siklus) sehubungan dengan titik C, dioda D2 melakukan dalam arah maju dan arus yang mengalir melalui resistor R adalah dalam arah yang sama untuk kedua setengah siklus. Sebagai tegangan output di resistor R adalah jumlah fasor dari dua bentuk gelombang gabungan, jenis ini penuh rangkaian penyearah gelombang juga dikenal sebagai "bi-fase" sirkuit.

Sebagai ruang antara masing-masing setengah gelombang dikembangkan oleh masing-masing dioda sekarang sedang diisi oleh dioda lain tegangan output rata-rata DC di resistor beban sekarang dua kali lipat dari setengah gelombang rangkaian penyearah tunggal dan sekitar 0.637Vmax dari puncak tegangan, dengan asumsi tidak ada kerugian.
tegangan penyearah gelombang penuh

Tegangan puncak dari gelombang keluaran adalah sama seperti sebelumnya untuk penyearah setengah gelombang yang tersedia setiap setengah dari gulungan transformator memiliki rms nilai tegangan yang sama. Untuk mendapatkan tegangan DC output yang berbeda rasio transformator yang berbeda dapat digunakan. Kerugian utama dari jenis penuh rangkaian penyearah gelombang adalah bahwa transformator yang lebih besar untuk output daya yang diberikan diperlukan dengan dua terpisah tapi identik gulungan sekunder membuat jenis gelombang penuh rektifikasi sirkuit mahal dibandingkan dengan "Full Gelombang Bridge Rectifier" rangkaian ekuivalen .
Full Gelombang Bridge Rectifier

Tipe lain dari sirkuit yang menghasilkan gelombang keluaran sama dengan rangkaian penyearah gelombang penuh di atas, adalah bahwa dari penuh Gelombang Bridge Rectifier. Jenis penyearah satu fasa menggunakan empat dioda meluruskan individu terhubung dalam satu lingkaran konfigurasi tertutup "jembatan" untuk menghasilkan output yang diinginkan. Keuntungan utama dari rangkaian jembatan ini adalah bahwa ia tidak memerlukan sebuah pusat khusus transformator disadap, sehingga mengurangi ukuran dan biaya.

Empat dioda berlabel D1 ke D4 tersebut diatur dalam "pasang seri" dengan hanya dua dioda melakukan arus selama setiap setengah siklus. Selama setengah siklus positif dari pasokan, dioda D1 dan D2 perilaku dalam seri sementara dioda D3 dan D4 yang terbalik bias dan arus mengalir. Selama setengah siklus negatif dari pasokan, dioda D3 dan D4 perilaku dalam seri, tetapi dioda D1 dan D2 switch "OFF" seperti sekarang reverse bias. Arus yang mengalir melalui beban adalah arah yang sama seperti sebelumnya.

Sebagai arus yang mengalir melalui beban searah, sehingga tegangan dikembangkan di seluruh beban juga searah sama untuk dua dioda penyearah gelombang penuh sebelumnya, karena rata-rata DC tegangan beban 0.637Vmax.
penyearah jembatan

Namun dalam kenyataannya, selama setiap setengah siklus arus mengalir melalui dua dioda bukan hanya satu sehingga amplitudo tegangan output dua tetes tegangan (2 x 0,7 = 1.4V) kurang dari input VMAX amplitudo. Frekuensi riak sekarang dua kali frekuensi pasokan (misalnya 100Hz untuk pasokan 50Hz atau 120Hz untuk pasokan 60Hz.) Meskipun kita dapat menggunakan empat dioda daya individu untuk membuat gelombang penyearah jembatan penuh, pra-dibuat jembatan komponen penyearah yang tersedia "off-the-shelf" dalam berbagai tegangan yang berbeda dan ukuran saat ini yang dapat disolder langsung ke papan PCB sirkuit atau dihubungkan dengan konektor sekop.

Kami melihat pada bagian sebelumnya bahwa fase tunggal penyearah setengah gelombang menghasilkan output gelombang setiap setengah siklus dan bahwa itu tidak praktis untuk menggunakan jenis sirkuit untuk menghasilkan suplai DC yang stabil. The gelombang penuh penyearah jembatan Namun, memberi kita berarti lebih besar nilai DC (0,637 Vmax) dengan riak kurang ditumpangkan sedangkan gelombang keluaran adalah dua kali lipat dari frekuensi frekuensi pasokan input. Oleh karena itu kita dapat meningkatkan tingkat output DC rata-rata lebih tinggi dengan menghubungkan kapasitor smoothing cocok di output dari rangkaian .

Kapasitor smoothing mengubah gelombang penuh berdesir output rectifier menjadi tegangan output DC halus. Umumnya untuk sirkuit listrik DC smoothing kapasitor adalah jenis Aluminium elektrolit yang memiliki nilai kapasitansi dari 100uF atau lebih dengan berulang pulsa tegangan DC dari rectifier pengisian kapasitor untuk tegangan puncak.

Namun, mereka adalah dua parameter penting untuk dipertimbangkan saat memilih kapasitor smoothing yang sesuai dan ini adalah Tegangan Kerja, yang harus lebih tinggi dari nilai output tanpa beban dari rectifier dan yang Kapasitansi Nilai, yang menentukan jumlah riak yang akan muncul ditumpangkan di atas tegangan DC.

Terlalu rendah nilai kapasitansi dan kapasitor memiliki sedikit efek pada gelombang output. Tetapi jika smoothing kapasitor cukup cukup besar (kapasitor paralel dapat digunakan) dan arus beban tidak terlalu besar, tegangan output akan hampir sehalus murni DC. Sebagai aturan umum, kami ingin memiliki tegangan riak kurang dari 100mV puncak ke puncak.

Riak tegangan maksimum hadir untuk rangkaian lengkap Gelombang Rectifier tidak hanya ditentukan oleh nilai dari kapasitor smoothing tetapi frekuensi dan beban arus, dan dihitung sebagai:
Tegangan Bridge Rectifier Ripple
gelombang penuh tegangan penyearah riak

Keuntungan utama dari jembatan penyearah gelombang penuh adalah bahwa ia memiliki nilai yang lebih kecil AC riak untuk beban yang diberikan dan reservoir yang lebih kecil atau merapikan kapasitor daripada penyearah setengah gelombang setara. Oleh karena itu, frekuensi dasar dari tegangan riak adalah dua kali dari frekuensi pasokan AC (100Hz) di mana untuk penyearah setengah gelombang itu adalah persis sama dengan frekuensi pasokan (50Hz).

·          Rangkaian listrik.

Rangkaian listrik (Inggris: electrical circuit) adalah sambungan dari bermacam-macam elemen listrik pasif seperti resistor, kapasitor, induktor, transformator, sumber tegangan, sumber arus, dan saklar (switch). Istilah sirkuit listrik sedikit dibedakan dari jaringan listrik (electrical network atau electrical distribution network), di mana jaringan listrik membahas penggunaan sirkuit listrik dalam skop yang lebih luas seperti dalam jaringan distribusi pembangkit listrik dari generator pembangkit sampai pada pelanggan listrik di masing-masing rumah. Sebetulnya kedua macam rangkaian ini menggunakan prinsip dasar yang sama, hanya dalam jaringan listrik dibahas mengenai jalur transmisi yaitu mengenai sifat kabel pada frekuensi tinggi.

5. Gear

Sebuah gigi atau cogwheel adalah bagian mesin yang berputar memiliki gigi dipotong, atau roda, yang mesh dengan bagian bergigi lain untuk mengirimkan torsi. perangkat diarahkan dapat mengubah kecepatan, torsi, dan arah dari sumber listrik. Gears hampir selalu menghasilkan perubahan torsi, menciptakan keuntungan mekanis, melalui rasio gigi mereka, dan dengan demikian dapat dianggap sebagai mesin sederhana. Gigi pada dua roda gigi meshing semua memiliki bentuk yang sama. [1] Dua atau lebih gigi meshing, bekerja secara berurutan, disebut kereta gigi atau transmisi. Sebuah gigi dapat mesh dengan bagian bergigi linier, disebut rak, sehingga menghasilkan terjemahan bukan rotasi. Gigi dalam transmisi analog ke roda dalam sistem sabuk katrol menyeberang. Keuntungan dari gigi adalah bahwa gigi dari gigi mencegah slip.

Ketika dua roda gigi mesh, jika satu gigi lebih besar dari yang lain, keuntungan mekanis diproduksi, dengan kecepatan rotasi, dan torsi, dari dua roda gigi yang berbeda dalam proporsi diameter mereka. Perancangan HPC dilakukan dengan sesederhana mungkin. Menggunakan komponen dengan harga terjangkau dan berkualitas. Hal ini bertujuan agar HPC mampu menembus pasar dan mampu bersaing dengan alat-alat elektronik lainnya.

Terdapat lima komponen utama dalam pembuatan HPC. Komponen tersebutlah yang menghasilkan aliran listrik untuk mengisi ulang bateraigadget. Kelima komponen utama di support oleh komponen pendukung. Seperti crank, cashing dan kabel output. Perancangan dilakukan dengan manual, dalam artian alat ini belum dibuat dengan sistem pencetak otomatis. Semua komponen belum bisa diproduksi secara manufaktur dan belum bisa diproduksi dalam skala besar.

2.3. Prinsip Kerja Handy Pressing Charger
a.       Prinsip Kerja pada Generator AC
Arus listrik AC (Alternating Current) merupakan arus listrik yang arahnya bolak-balik pada sebuah rangkaian listrik. Jika pada rangkaian listrik DC arus listrik mengalir dari kutub positif ke kutub negatif, lain halnya dengan rangkaian listrik AC dimana arus listrik bergerak secara periodik berbolak-balik arah dari kutub satu ke yang lainnya. 

 2.4  Manfaat Handy Pressing Charger
·         HPC ini menggunakan energi mekanik tangan yang disalurkan pada putaran torsi generator sehingga energy mekanik dapat dikonversikan kedalam bentuk energy listrik.
·         Energi listrik yang dihasilkan digunakan sebagai carger gadget.
·         Proses pengisian batterai gadget dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
·         Dapat dibawa dimana-mana dan tanpa harus mencari sumber listrik PLN.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembelajaran yang kelompok kami kerjakan tentang Handy Pressing Charger, ada beberapa hal yang bisa kami jadikan kesimpulan. Diantaranya adalah Handy Pressing Charger yang sama sekali tidak membutuhkan energi listrik untuk kebutuhan pengguna dalam pengisian ulang alat elektronik. Konsep ini memanfaatkan energi mekanik untuk dapat menghasilkan energi listrik dimana saja. Sistem generator sederhana di dalam Handy Pressing Charger akan diputar oleh torsi yang dihasilkan oleh tangan pengguna. Karena kebutuhan mereka untuk mengisi ulang baterai gadget-nya dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dapat dibawa kemana-mana, dan tanpa harus mencari sumber listrik PLN.
3.2 Saran
Kami memiliki beberapa saran sebagai berikut:
  • Handy Pressing Charger  menjadi sebuah alat yang bisa sangat membantu dalam kehidupan manusia pada saat-saat tertentu. Pencerdasan masyarakat akan penggunaan Handy Pressing Charger kami rasa diperlukan.
  • Perlunya dikembangkan alat-alat lainnya yang memanfaatkan gelombang energi untuk memfasilitasi kehidupan manusia.
  • Pengembangan Handy Pressing Charger harus di tingkatkanlagi untuk menemukan kegunaan baru dari Handy Presing Charger maupun untuk meningkatkan perforama dari alat yang sudah ada.
Penulis: Muhamad Rokim (13050524010)

Sabtu, 18 Juni 2016

Mesin Pengiris Pisang

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pecinta jajanan tradisional Indonesia pasti tidak asing lagi dengan keripik pisang. Jajanan ini sangat mudah kita jumpai di pasaran. Keripik pisang mrupakan produk makanan ringan yang dibuat dari olahan irisan buah pisang. Tujuan pengolahan pisang menjadi keripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kemanfaatan buah pisang. Meningkatnya permintaan pasar akan keripik pisang membuat sejumlah industri rumah tangga memproduksi jajanan berbahan baku pisang ini sebagai sebuah usaha. Proses pengolahan keripik pisang tergolong mudah dan tidak membutuhkan banyak uang. Prosedur pengolahan keripik pisang terdiri dari beberapa kegiatan meliputi penyiapan bahan baku, penyiapan peralatan, pengirisan pisang, pencucian dan perendaman irisan pisang, penggorengan, pemberian bumbu, pengemasan dan penyimpanan.
Kualitas keripik pisang ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu rasa, kerenyahan dan bentuk irisan yang tidak pecah / rusak sehingga mampu menarik minat para konsumen. Cara mengiris pisang merupakan salah satu kendala utama dalam menghasilkan keripik pisang yang berkualitas. Kebanyakan industri keripik pisang masih menggunakan cara manual, dengan menggunakan pisau untuk mengiris pisang, sehingga hasil irisan tidak optimal. Disamping itu, ada beberapa home industry yang menggunakan pisau yang diletakkan pada piringan berputar. Jika pisang masih panjang, proses pengirisan dapat dilakukan dengan mudah. Akan tetapi jika pisang sudah pendek (karena sudah diiris), maka irisan pisang yang dihasilkan kurang baik dan banyak yang sobek. Kualitas bentuk dan geometri irisan pisang sangat tergantung dari kondisi dan keterampilan operatornya. Oleh karena itu, selain kurang higienis, ketebalan irisan pisang yang dihasilkan tidak seragam. Padahal ketebalan irisan sangat mempengaruhi kerenyahan dari keripik pisang. Sehingga dibutuhkan suatu mesin produksi dalam pengiris pisang agar lebih cepat dan akurat dalam pengirisan. Untuk itu, perlu dilakukan perancangan mesin pengiris pisang yang mampu menghasilkan irisan pisang dengan ketebalan yang seragam, lebih higienis, aman, serta dapat meningkatkan kapasitas produksi.
Dalam pembuatan sebuah mesin pengiris pisang ini dibutuhkan pemilihan bahan  yang tepat dan akurat, sehingga mesin  ini mampu bekerja secara optimal. Mesin ini juga didesain secara sederhana sehingga mempermudah dalam proses pengoperasiannya. Untuk mencapai hal tersebut, maka dalam perancangan  dibutuhkan ketelitian dan perencanaan yang matang. Agar mesin yang dihasilkan mampu beroperasi secara maksimal.

Identifikasi Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah diantaranya :
Proses pembuatan rangka mesin pengiris pisang yang kuat.
Proses pembuatan poros yang presisi.
Proses pembuatan pulley yang presisi.
Proses pembuatan V-belt yang presisi.
Proses pembuatan pisau yang presisi.
Proses pembuatan pasak yang presisi.
Proses pembuatan pencekam benda kerja yang kuat.
Proses pengujian mesin pengiris pisang untuk mengetahui kinerja dari mesin.

Batasan Masalah

Melihat luasnya permasalahan dalam membuat rancang bangun mesin pengiris pisang, maka perlu ada batasan masalah guna memudahkan dalam pemahaman dan pembahasan yang lebih terarah. Maka penulisan difokuskan pada masalah yang meliputi :
a. Analisa perencanaan mesin pengiris pisang untuk usaha menenggah keatas.
b. Perencanaan daya transmisi mesin pengiris pisang.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi dalam rancang bangun mesin pengiris pisang, meliputi :
Bagaimanakah rancang bangun dari mesin pengiris pisang?
Bagaimanakah merencanakan kontruksi/komponen dari mesin pengiris pisang yang meliputi :
a). Daya motor
b). Sabuk dan Pulley
c). Poros
d). Pasak
e). Bantalan

Tujuan

Rancang bangun mesin pengiris pisang ini mempunyai tujuan diantaranya:
Dapat membuat desain mesin pengiris pisang.
Dapat membuat perhitungan masing-masing konstruksi/komponen mesin gilingan tebu yang diantaranya meliputi:
Daya motor
Sabuk dan Pulley
Poros
Pasak
Bantalan

Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah :
Bagi mahasiswa, adalah:
Merupakan implementasi ilmu yang telah diberikan selama duduk dibangku kuliah.
Salah satu bekal pengalaman ilmu untuk mahasiswa sebelum terjun ke dunia industri, sebagai modal persiapan untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diberikan.
Bagi Lembaga Pendidikan, adalah:
Merupakan pengembangan ilmu dan pengetahuan (IPTEK) yang tepat guna dalam hal menciptakan ide untuk menghasilkan suatu alat yang baru.
Merupakan inovasi awal yang dapat dikembangkan kembali dikemudian hari dengan lebih baik.
Bagi Dunia Industri, adalah:
Merupakan bentuk kreativitas mahasiswa yang dengan diciptakannya alat/mesin  ini diharapkan  mampu  menghasilkan produksi  yang  lebih cepat dan menggunakan tenaga yang sedikit.
Memacu masyarakat untuk berfikir secara dinamis dalam memanfaatkan teknologi tepat guna dalam kehidupan sehari-hari.


























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Motor Listrik
Motor listrik adalah alat yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Pada dasarnya motor listrik digunakan untuk menggerakkan elemen mesin, seperti pulley, poros, dan sudu lempar (Pratomo, 1983). Bagian yang terpenting adalah stator. Stator adalah rumah/kerangka motor yang terbuat dari baja plat atau besi cor. Motor listrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu: motor listrik arus bolak-balik (AC) dan motor listrik arus searah (DC).
Motor listrik arus bolak-balik (AC) diklasifikasikan dengan dasar prinsip pengoperasian sebagai motor asinkron (induksi) atau motor sinkron. Motor induksi adalah jenis motor dimana tidak ada tegangan eksternal yang diberikan pada rotornya, tetapi arus pada stator menginduksikan tegangan pada celah udara dan pada lilitan rotor untuk menghasilkan arus rotor dan medan magnet. Medan magnet stator dan rotor kemudian berinteraksi dan menyebabkan rotor motor berputar. Gambar di bawah ini menunjukkan gambar dari motor induksi.

Gambar Motor Induksi





Motor listrik memiliki 2 komponen listrik utama yaitu:

1. Rotor, motor induksi menggunakan 2 jenis rotor:

a. Rotor sangkar tupai, terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan dalam petak-petak slot paralel. Batang-batang tersebut diberi hubungan pendek pada kedua ujungnya dengan alat cincin hubungan pendek.

b. Rotor belitan, yang memiliki gulungan 3 fasa, lapisan ganda dan terdistribusi. Dibuat melingkar sebanyak kutub stator. Tiga fasa digulungi kawat pada bagian dalamnya dan ujung lainnya dihubungkan ke cincin kecil yang dipasang pada batang as dengan sikat yang menempel padanya.

b. Stator. Stator dibuat dari sejumlah stampings dan slots untuk membawa gulungan tiga fasa. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu. Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat.

Klasifikasi Motor Induksi
Motor induksi dapat diklsifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu:

Motor induksi satu fasa. Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi dengan pasokan daya satu fasa, meiliki sebuah motor sangkar tupai, dan memerlukan sebuah alat untuk menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini merupakan jenis motor yang paling umum digunakan dalam peralatan rumah tangga, seperti kipas angin, mesin cuci dan pengering pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3 sampai 4HP.

b. Motor induksi tiga fasa. Medan magnet yang berputar dihasilkan oleh pasokan tiga fasa yang seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuan daya yang tinggi, dapat berupa sangkar tupai atau gulungan rotor (walaupun 90% memiliki rotor sangkar tupai), dan penyalaan sendiri. Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri menggunakan jenis ini. Sebagai contoh pompa, kompresor, belt conveyor, jaringan listrik, dan grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3 atau ratusan HP.

Motor induksi tiga fasa membuat medan putar yang dapat menstart motor, motor satu fasa memerlukan alat pembantu starting. Pada saat motor induksi satu fasa berputar, motor membangkitkan medan magnet putar. Motor induksi satu fasa lebih besar ukurannya untuk HP yang sama dibandingkan dengan motor tiga fasa, motor satu fasa mengalami pembatasan pemakaian dimana daya tiga fasa tidak ada. Apabila berputar, torsi yang dihasilkan oleh motor satu fasa adalah berpulsa dan tidak teratur, yang mengakibatkan faktor daya dan efisiensi yang rendah dibandingkan dengan motor banyak fasa.

Prinsip Kerja Motor Induksi

Prinsip kerja dari motor induksi adalah sebagai berikut :

1. Apabila sumber tegangan 3 fasa dipasang pada kumparan stator, maka akan timbul medan putar dengan kecepatan ns= 120f/P
Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
Akibatnya pada kumparan rotor timbul ggl induksi sebesar: E2s = 4,44 f2N2 (untuk satu fasa) E2s adalah tegangan induksi pada saat rotor berputar.
Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, ggl (E) akan menghasilkan arus (I).
Adanya arus (I) di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor.
Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.
Seperti telah dijelaskan pada (3) tegangan induksi timbul karena terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr).
Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (S) dinyatakan dengan:
S = (ns-nr)/ns × 100%
Bila nr = ns , tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila nr lebih kecil dari ns.
Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga motor tak serempak atau asinkron.

Perencanaan daya motor

Untuk menghitung daya motor terlebih dahulu mendefiniskan daya yaitu :

Daya =  (Usaha kerja)/Waktu

Daya motor dihitung dengan ; P = T.ω

Dimana F = m.g

Dan T = F.L

Sedangkan ω =  (2 π n)/60

Atau  P =T .  (2.π.n)/60 ( R.S.Khurmi, Machine Design, hal :12 )

Atau bisa juga dihitung dengan rumus ; P = F.v
Dimana v = ω.R
Dimana :   P = daya yang diperlukan ( watt )
T = Torsi (N.m)
ω=  Kecepatan sudut ( rad / menit)
n = Putaran motor (rpm)
R = jari jari (m)

maka daya rencana ; Pd = P. Fc ( Sularso, Elemen Mesin, hal :7 )
dimana : Pd = Daya rencana (watt)
P   = Daya yang diperlukan (watt)
Fc  = Faktor koreksi


Sabuk dan Pulley

Jarak yang cukup jauh yang memisahkan antara dua buah poros mengakibatkan tidak memungkinkannya mengunakan transmisi langsung dengan roda gigi. V-belt merupakan sebuah solusi yang dapat digunakan. V-belt adalah salah satu transmisi penghubung yang terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Dalam penggunaannya V-belt dibelitkan mengelilingi alur puli yang berbentuk V pula. Bagian belt yang membelit pada puli akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar (Sularso, 1991:163). V-belt banyak digunakan karena V-belt sangat mudah dalam penangananya dan murah harganya. Selain itu V-belt juga memiliki keungulan lain dimana V-belt akan menghasilhan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah serta jika dibandingkan dengan transmisi roda gigi dan rantai, V-belt bekerja lebih halus dan tak bersuara.


Gambar 2. Penampang V-belt

Penampang V-belt dapat diperoleh atas dasar daya rencana dan putaran poros pengerak. Daya rencana dihitung dengan mengalikan daya yang diteruskan dengan faktor koreksi. Transmisi V-belt hanya dapat menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan arah putaran yang sama. V-belt selain juga memiliki keungulan dibandingkan dengan transmisi-transmisi yang lain, V-belt juga memiliki kelemahan dimana V-belt dapat memungkinkan untuk terjadinya slip. Oleh karena itu, maka perencanaan V-belt perlu dilakukan untuk memperhitungkan jenis sabuk yang digunakan dan panjang sabuk yang akan digunakan. Perhitungan yang digunakan dalam perancangan V-belt antara lain

Perhitungan sabuk-v dapat diamati melalui gambar 4.2.

Gambar 4.2. Gambar Pulli dan Sabuk-V


Menghitung daya rencana (Pd) :
Pd = ƒc.P (KW) (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1997:7)
Menghitung momen rencana (T) :
T1= 9,74 × 105 (Pd/n"1" )(kg.mm) (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1997:7)
Hitungan diameter poros (ds) :
ds = {(5,1/τα) Kt.Cb.T}1/3 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:8)
Kecepatan sabuk (υ) :
υ = (π dp n1)/(60 ×1000) (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:166)
Jarak sumbu poros :
C >(dk+Dk)/2 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:176)
Panjang sabuk υ :
L = 2C + π/2(dp +Dp) + 1/4C(Dp – dp)2 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:170)
Jarak sumbu poros C :
C = (b+ √(b^2-8(Dp - dp)^2 ))/8 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:170)
Sudut kontak θ :

  Gambar 4.3, Sudut Kontak
θ = 180o - (57(Dp - dp))/C (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:173)
Jumlah sabuk ( N ):
N = Pd/PoKθ (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:173
Poros
Poros adalah tulang punggung mesin. Poros ini merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam suatu mesin. Hampir setiap mesin meneruskan tenaga bersama-sama putaran menggunakan poros sebagai alat pemindahnya. Poros ini harus mampu menahan getaran yang timbul dan gaya yang timbul akibat putaran yang tinggi. Dengan demikian tenaga yang terjadi diusahakan sekecil mungkin sesuai dengan konstruksi itu.
Fungsi poros dibedakan menjadi dua yaitu (1) poros sebagai pemikul atau gandar. Contoh  poros kereta dorong, poros roda kereta api, poros roda sepeda  dan sebagainya. Beban utama poros adalah bengkokan, sedangkan adanya beban yang lain hal merupakan beban ikutan. (2) Poros penerus daya atau poros transmisi. Cara penerusannya dilakukan dengan gerak utama putar, lurus atau gabungan. Contoh poros mesin transportasi, poros mesin-mesin produksi dan sebagainya.  Poros transmisi yang relatif  pendek disebut spindel. Contoh poros kepala tetap pada mesin bubut atau yang lain. Beban utama poros transmisi adalah gabungan antara beban bengkok dengan beban puntir atau yang lain.
     1.  Beberapa Hal Penting Untuk Poros
                Hal-hal seperti kekuatan, kekakuan, putaran kritis, korosi dan masalah bahan, merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan dalam perhitungan poros. Poros untuk mesin umum, kebanyakan terbuat dari baja karbon konstruksi mesin, sedangkan poros-poros mesin  untuk meneruskan  beban berat dengan  putaran tinggi, biasanya  terbuat dari baja padu dengan pengerasan kulit.

Poros  Pada Beban Lenkung murni
            Poros dan roda dalam Gambar 5.8 disambung  tetap, beban poros bengkokan murni. Bergeraknya roda bersama poros akan menyebabkan bertambahnya  tegangan pada poros. Faktor tambahan tegangan tersebut (m) antara 1,1 ÷ 1,3. Menurut JIS E4501 diberikan rumus-rumus perencanaan seperti berikut.
                          M1 = F/4(l2 – l1) ………………………………………………..    (8)
                          M2 = αv . M1   …………………………………………………..    (9)
                          Fh   = αh . F   ………………………………………………….....  (10)
                          Qh = F (h/l2) ………………………………………………........   (11)
                           Ro = Ph (h + r)/l1 ……………………………………………....    (12)
                          M3 = Rh.r + Qo (l + l3) – Ro   (l + l3) – (l2 – l1)/2    …………......    (13)

                                              Gambar 5.8. Gandar pada beban bengkok.
     Qo =  reaksi bantalan terhadap beban horisontal  
     Ro =  reaksi telapak roda terhadap beban horisontal        
                Harga αv dan αh  tergantung  kecepatan  lari  seperti yang  terdapat  dalam Tabel 5.1.
      Tegangan bengkok ijin untuk bahan gandar pada dudukan roda terhadap kelelahan diberikan dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.1. Faktor kecepatan
Kecepatan kerja  km/jam αv αh
120  atau kurang
120 – 160
160 – 190
190 – 210 0,4
0,5
0,6
0,7 0,3
0,4
0,4
0,5
1EM Sularso 1990
Tabel 5.2. Tegangan ijin bahan gandar
Bahan gandar Tegangan σb ijin kg/mm2
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4 10,0
10,5
11,0
15,0
                                   2EM Sularso 1990.
     Tegangan bengkok σb dan ukuran diameter poros ds  dapat dihitung dengan persamaan,
                                        Mb              Mb             10,2 Mb
                               σb ≥ ----- =  ---------- = ---------- kg/mm2   …………………….. (14)
                                        Wb     (π/32)ds3             ds3
                                                        10,2          1/3
     atau                               ds =    ------ .Mb          mm,   ..…………………………… (15)
                                                         σb

       Dikaitkan dengan ketentuan–ketentuan  tersebut di atas, poros harus menahan tiga momen, maka  tegangan bengkok ijin pada rumus (14) dan  diameter poros rumus (15) dapat berubah menjadi,
                                10,2. m (M1 + M2 + M3)
                       σb =  ------------------------------  kg/mm2    …………………………..  (16)
                                                ds3
                                  10,2                                   1/3
                       ds ≥  --------- . m (M1 + M2 + M3   mm,  ......………………………… (17)
                                   σb ijin

           b.  Poros Pada Beban Lengkung dan Puntir
           Poros transmisi yang meneruskan daya melalui sabuk, rantai dan roda gigi, Gambar 5 10, biasanya beban pada poros merupakan beban gabungan antara beban lengkung dan beban puntir. Tegangan yang terjadi akibat beban lengkung, σb = Mb/Wb dan tegangan puntir yang merupakan tegangan geser akibat beban puntir τw = T/Ww.

                          Gambar 5.10.  Poros pada beban lengkung dan puntir.
Dalam persamaan tersebut, Mb = momen bengkok kg.mm, Wb  = tahanan bengkok, untuk penampang bulat, Wb = π/32 ds3 ≈ 0,1 ds3, sedangkan T = torsi atau momen puntir kg.mm, Ww = tahanan puntir, untuk penampang bulat Ww = π/16 ds3 ≈ 0,2 ds3. Untuk poros yang berasal dari baja liat, tegangan geser maksimal dapat dihitung denga rumus,
                                                    ( σ2 + 4τ2)1/2            
                                     τw maks. = ---------------   kg/mm2 ....................................   (18)
                                                            2
Pada poros bulat pejal tegangan geser maksimalnya  dapat dihitung dengan rumus,
                                   τw maks. = (5,1/ds)(M2 + T2)1/2  kg/mm2  ............................  (19)
Bila ds diameter poros mm, l panjang  poros  mm, T torsi atau  momen puntir = (F2 – F1).r
kg.mm,  G  modulus  geser  poros  kg/mm2,  besar sudut  puntir  penampang  poros  dapat
dihitung dengan rumus,
                                                 T.l                    
                                 θ = 584 ------- derajad  ....................................................   (20)
                                                G.ds4        
G baja = 8,3 x 103 kg/mm2, besar sudut puntir ijin maksimal 0,25o
          Kekakuan poros perlu diperiksa, sudut lentur ijin maksimal (0,3 – 0,35)o/m. Besar sudut lentur poros yang ditumpu pada bantalan yang mapan sendiri, dapat ditentukan dengan persamaan,
                                                           F.l1.l2
                                 y = 3,23 x 10-4 -------- mm  .........................................  (21)
                                                           ds4.l
sedangkan putran kritisnya dapat ditentukan dengan persamaan,
                                                    ds2      l
                               nk = 52700 ------ (--- )1/2  rpm  ......................................  (22)
                                                   l1.l2    F
c. Poros Pada Tiga Tumpuan
           Pembebanan  seperti yang ditunjukkan  dalam  Gambar 5.14, poros  ditumpu  pada tiga bantalan  dengan reaksi di R1, R2, dan R3 dengan  keadaan  yang  homogin. Untuk  menentukan R2, dilakukan dengan cara menghitung  jarak lentur  poros tanpa R2 dan jarak lentur poros tanpa beban , akibat R2. Hasil kedua lenturan tersebut kalau  dipersamakan
maka besar R2 dapat diketahui. Setelah besar R2 diperoleh, dapat  dihitung  ukuran diameter porosnya.




                                                  a                                                    a                          
                                        R1                              R2                                                      R3
                                                            F                                               F
                                                                             l
                                          Gambar 5. 14. Poros dengan tiga tumpuan.



Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang digunakan untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, puli, kopling, dll pada poros. Momen diteruskan dari poros ke naf atau dari naf ke poros.
Sebagai contoh ambillah suatu poros yang dibebani dengan puntiran murni atau gabungan antara puntiran dan lenturan, dimana diameter poros dan pasak serta alurnya akan ditentukan.
Gaya tangensial pada permukaan poros :
         (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1997:25)
T = Momen rencana poros (Kg.mm)
Ds = Diameter poros (mm)
Perhitungan tegangan geser yang ditimbulkan
              (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1997:25)
Dari tegangan geser yang diizinkan Tka, panjang pasak dapat diperoleh :
                (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1997:25)

Bantalan

Pada mesin, bantalan berperan sebagai pondasi pada sebuah bangunan.Jadi bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga puntiran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan berumur panjang.Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik, maka prestasi seluruh sistem akan menurun. Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Atas Dasar Gerakan Bantalan Terhadap Poros
Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan, karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan pelapisan pelumas.
Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat.
Atas Dasar Arah Beban Terhadap Poros
Bantalan radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
Bantalan aksial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
Jenis bantalan yang digunakan pada mesin umumnya yaitu bantalan gelinding khusus  Karena sesuai fungsinya yaitu dapat menumpu beban radial dan sedikit beban aksial.


Gambar 2.6 Macam-Macam Bantalan Gelinding

Beban ekuivalen dinamis P (kg) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Bantalan radial:
Pr = (x . v . Fr) + (y . Fa) (sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:135)
Bantalan aksial:
Pr = (x . Fr) + (y . Fa) (sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:135)
Dimana:
x  = faktor beban radial
v  = faktor beban puntir pada cincin dalam
Fr = gaya radial (kg)
y  = faktor beban aksial
Fa = gaya aksial (kg)
Faktor umum yang diperlukan (fh):
  (sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:136)
Beban nominal dinamis spesifik yang diperlukan (C):
    (kg) (sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:136)
Dengan data diameter poros (ds) dan C maka diperoleh umur bantalan yang sebenarnya (lh):
  (jam) (sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:136)















BAB III
DESAIN GAMBAR

Desain Mesin

Gambar 3D rancang bangun mesin pengiris pisang.


BAB IV
PERHITUNGAN










Keterangan Bagian-Bagian Mesin
NO NAMA

1. RANGKA
2. MOTOR LISTRIK
3. PENUTUP PISAU
4. PISAU
5. POROS
6. TEMPAT PISANG
7. PENUTUP POROS
8. PULLEY
9. DUDUKAN BEARING
10. BEARING


BAB IV
PERHITUNGAN

Kapasitas Mesin

Secara umum mesin pengiris pisang ini dirancang dalam 1 menit mesin dapat mengiris pisang sebanyak 1 kg. Maka mesin ini dapat mengiris pisang sebanyak 60 kg dalam waktu 60 menit operasional.


Daya Motor

Untuk dapat menentukan tekanan pada pisau perlu dilakukan penelitian, yaitu dengan cara memberikan beban di atas pisau dan dari beban tersebut dapat diketahui tekanan pada pisau pemotong. Dari percobaan, didapatkan beban 1 kg untuk memotong pisang. Dengan diketahui beban tersebut, maka gaya, torsi dan daya motor dihitung.


Menghitung Gaya

F = m . g
   = 1 kg . 9.8 m/s2
   = 9.8 N

Menetukan Torsi

T = F . r
   = 9.8 N . 0.175 m
   = 1.715 Nm

Menghitung Daya Motor

P = (2 π r T)/60

   = (2.  3,14 .300 .1,715)/60

   = 53,85 watt = 0,072 HP ( 1 watt = 0,00134 HP)

Maka, penentuan motor listrik yang digunakan dalam perencanaan ini adalah motor listrik dengan daya 0,25 HP . karena 0,25 HP  > 0,072 HP (baik).

Spesifikasi motor listrik yang digunakan
n = 1400rpm
P = 0,25 HP


Perencanaan sabuk dan pulley

P= 0,25 HP ≈ 0,187 KW ; n1 = 1400rpm ; n2 =300rpm ; i = 1400/300 = 4,7 ; C = 400 mm
Penampang sabuk-V tipe A (Sularso Tabel 5.2 Ukuran Puli-V)
α(o) = 34 Lo = 9,2 K = 4,5
W = 11,95 Ko = 8,0 e = 15,0
f = 10,0

Diameter puli
dmin = 65 (mm)
dp    = 65 (mm), Dp = 65 × 4,7 = 305,5 mm

Diameter luar puli (dk, Dk)
dk  = dp+ (2 x 4,5) = 65 + (2 x 4,5) = 74 mm
Dk = Dp+ (2 x 4,5) = 305,5 + (2 x 4,5)  = 314.5 mm = 315 mm

Kecepatan sabuk (υ) :
υ =  (π.dp.n1)/(60 ×1000) (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:166)
υ =  (3,14 × 65 × 1400)/(60 ×1000)
υ = 4,76 m/s
4,7 m/s < 30 m/s (baik)

Jarak sumbu poros :
C > (dk+Dk)/2 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:176)
400 > (74+315)/2
400 > 194,5 (baik)

Panjang sabuk υ :
L = 2C + π/2(dp +Dp) + 1/4C(Dp – dp)2 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:170)
L = 2x400 + 3,14/2(65 + 315) + 1/4x400(315 – 65)2
L = 1400,5 mm  ≈ 1400 mm

Nomor nominal sabuk υ :
No. 56 inch , L = 1422 mm

Jarak sumbu poros C :
C = (b+ √(b^2-8(Dp - dp)^2 ))/8 (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:170)
Dimana, b = 2L – 3,14(Dp + dp)
b = 2x1422 – 3,14(315 + 65)
   = 1650,8
C = (1650,8+ √(〖1650,8〗^2-8(315-65)^2 ))/8
C = 392,81 mm ≈ 400 mm

Sudut kontak θ :

Gambar 5.8. Sudut Kontak
θ = 180o - (57(Dp - dp))/C (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:173)
θ = 180o - (57(315 - 65))/400
θ = 144,375o → Kθ = 0,93

Jumlah sabuk N :
N = Pd/PoKθ (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:173)
N = (0,2431 )/(1,31 ×0,93)
N = 0,1995 → 1 buah

ΔCi = 20 mm, ΔCt = 50 mm
Sabuk Tipe A, No.56, 1 buah, dk = 74 mm , Dk = 315 mm
Lubang motor ds1 10 mm, lubang ds2 = 12 mm
Jarak sumbu poros 〖400〗_(-20)^(+50)

Perencanaan Poros

P = 0,25 HP . 746 = 187 watt
P = 0,187 KW , n1 = 1400 rpm
Fc = 1,3

Bahan yang digunakan pada poros adalah Baja karbon konstruksi mesin JIS G4501 S30C dengan kekuatan tarik 48kg/mm2
Perhitungan poros penggerak
Daya rencana (Pd) = P x fc
= 0,187 KW x 1,3
= 0,2431 KW

Momen puntir (T) = 9,74 x 105 x Pd/n
= 9,74 x 105 x (0,2431 kw)/(1400 rpm)
= 169,128 kg.mm ( pada poros motor )

            S30C, σb = 48 kg/mm2 , sf1 = 6,0 , sf2 = 2,0

Tegangan geser ijin (τa) = (48 kg/mm2)/6.0x2.0
  = 4 kg/mm2

  Cb = 2,0 kt = 2
Kt = 2 (untuk beban tumbukan),
Cb = 2 (untuk beban lenturan)

Diameter poros penggerak motor ( ds ) = [ 5,1/τa  x Cb x kt x T]1/3

= [ 5,1/4  x 2 x 2 x 169,128]1/3

= 9,5 mm ≈ 10 mm

Perhitungan poros yang digerakkan
Momen puntir (T) = 9,74 x 105 x Pd/n
= 9,74 x 105 x 0,2431/300
= 789,26 kg.mm

Baja S35C , σb = 55kg/mm2 , Sf 1= 6 , Sf2 = 2
Tegangan geser ijin (τa) = (55 kg/mm2)/6,0x2,0
  = 4,6 kg/mm2


Diameter poros pemotong  ( ds ) = [ 5,1/τa  x Cb x kt x T]1/3

= [ 5,1/4,6  x 2 x 2 x 789,26]1/3

= 15,18 mm  ≈ 15 mm

Perencanaan Pasak

Bahan yang digunakan adalah baja ST37 σb = 37 kg/mm2 , sf1 = 6,0 , sf2 = 2,0
Tegangan geser ijin (τka) = (37 kg/mm2)/6.0x2.0
  =3,08 kg/mm2
Cb = 2,0 kt = 2

Pasak pada poros motor listrik

F = T/(ds/2)
F = (169,128  )/(12/2)
F = 28,1 kg
Penampang pasak 15 mm x 4 mm
Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 3 mm
Kedalaman alur pasak pada naf t2 = 3 mm

Harga pa yang di ijinkan adalah 8 kg/mm2

Tegangan geser yang timbul (τk) =  F/bl
  = 28,1/4x15
= 0,46 kg/mm2

τka =  F/bl1
3,08 = 28,1/(4 l1)
l1 = 2,3 mm ≈ 2,5 mm

p =  F/tl2
p =  28,1/(3 l2)
8 =  28,1/(3 l2)
l2 = 1,2 mm ≈ 1,5 mm

L = 2,5 mm

Panjang pasak (Lk) =19 mm

b⁄ds = 4⁄12 = 0,33 ; 0,25 < 0,33 < 0,35  (baik)
lk⁄ds = 15⁄12 = 1,25     ; 0,75 < 1,25 ≤ 1,5 (baik)

Ukuran pasak 4 x 4(standart)
Panjang pasak aktif 19 mm
Bahan pasak ST37


Pasak pada poros pisau
F = T/(ds/2)
F = (789,26 kg.mm   )/(15mm/2)
F = 105,23 kg

Penampang pasak 15 x 5
Kedalaman alur pasak pada poros t1 = 3 mm
Kedalaman alur pasak pada naf t2 = 3 mm

Harga pa yang di ijinkan adalah 8 kg/mm2
Tegangan geser yang timbul (τk) =  F/bl
  = (105,23 kg)/5x15
= 1,40 kg/mm2

τka =  F/bl1

3,08 = (105,23 kg)/(5 l1)
l1 = 6,8 mm  ≈ 7 mm

p =  F/(t l2)
p =  105,23/(3 l2)
8 =  105,23/(3 l2)
l2 = 4,4 mm ≈ 5 mm

L = 7 mm

Panjang pasak (Lk) = 20 mm

b⁄ds = ( 5)⁄15 = 0,35 ; 0,25 < 0,33 ≤  0,35  (baik)
lk⁄ds = 20⁄15 = 1,24     ; 0,75 < 1,33 < 1,5 (baik)
Ukuran pasak 5 x 5 (standart)
Panjang pasak aktif 20 mm
Bahan pasak ST37

Perhitungan Bantalan

FD =  T2/(Dd/2)
     = 789,26/(305,5/2)
     = 5,2 kg


∑MB = 0

-RVC x 600 +    FD x 650   -    FA x 50  = 0
 -600 RVC + 5,2 kg x 650 – 1 kg x 50  = 0
                -600 RVC + 3380 – 50          = 0
         -600 RVC + 3330             = 0
                                 -600 RVC             = -3330
                 RVC             = 5,5 kg.mm
∑MC = 0

Fd x 50  + 600 x RVB -  FA x 650        =  0
5,2 kg x 50 + 600 x RVB – 1 kg x 650 =  0
   260    +   600 RVB  –     650             =  0
                   600 RVB  –   390              =  0
                            600 RVB                  =  390
                       RVB                  =  0.65 kg.mm



Mencari momen banding maksimum di daerah A – D

Daerah A – B
Untuk  x1 = 0             MA =  RA . x1
  = 10 kg . 0
  = 0

Untuk x1 = 50           MB  = RA . x1
  = 10 kg . 50 mm
  = 500 kg.mm

Daerah B – C
Untuk x = 600           MC =  Fc . 600
  =  0 . 600
  =  0

Daerah C – D
Untuk x = 0              MA = Fd . x
 = 5,2 kg . 0
 = 0

Untuk x = 50           MA  = Fd . x
 = 5,2 kg . 50 mm
 = 260 kg.mm




Poros ini direncanakan memakai bantalan peluru rel satu baris (bantalan gelinding), bantalan yang direncanakan  di poros sambungan pulley adalah 6202 dan memiliki spesifikasi :
Jenis bantalan = Gelinding
Nomor bantalan = 6202
(D) Diameter luar bantalan = 35 mm
(D) Diameter dalam bantalan = 15 mm
(b) Lebar bantalan = 11 mm
(r) jari-jari bantalan = 1 mm
(C) Kapasitas nominal dinamis spesifik = 600 kg
(C) Kapasitas nominal statis = 360 kg
Dan bantalan yang direncanakan memiliki life time minimum 10000 jam.

Perhitungan
P = X . V . Fr + Y . Fa (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1997;135)
Dimana : P = Beban ekivalen (kg)
         Fr = Beban radial (kg)
Fa = Beban aksial (kg)
V = Faktor putaran konstanta = 1,0 untuk ring dalam berputar
= 1,2 untuk ring luar berputar
X = Faktor beban radaial
Y = Faktor beban aksial

Menentukan gaya aksial yang terjadi pada titik A sebesar RA
FrA = RA
= 10  kg

Menentukan beban ekivalen dinamis (PR)
PrB = X . V . Fr + Y . FA (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1996; 138)
Karena gaya aksial Fa = 0, maka
Berdasarkan tabel, nilai V = 1 untuk cincin dalam yang berputar dan harga X = 1, maka ; PRA  = X . V . Fr = 1 . 1 . 10 = 10 kg

Menentukan beban ekuivalen statis (Po)
Po = FrA
     = 10 kg

Menentukan gaya aksial yang terjadi pada titik B sebesar RB
FrB = RB
      = 10 kg

Menentukan beban ekivalen dinamis (PR)
Pr = X . V . Fr + Y . Fa (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1996; 138)
Karena gaya aksial Fa = 0, maka
Berdasarkan tabel, nilai V = 1 untuk cincin dalam yang berputar dan harga X = 1, maka ; PrB= X . V . Fr
            = 1 . 1 . 10 = 10 kg

Menentukan beban ekuivalen statis (Po)
Po = FrB
     = 10 kg

Menentukan beban rata-rata
Pm = √(P&〖Pr〗^(P ).α) (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1996; 138)
Dimana, P=3 untuk bantalan bola dan α=1 karena tanpa variasi beban & putaran
Pm = √(P&〖PrA〗^P  .α+ 〖PrB〗^P.α)
=  ∛(〖(10)〗^3  .1+ 〖10〗^3.1)
= 12,6

Menentukan faktor kecepatan (Fn)
Fn = [33,3/n4]1/3 (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1996; 136)
     = [33,3/300]1/3
     = 0,48

Menentukan faktor umur (Fh)
Fh = Fn .C/Pm (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1996; 136)
     = 0,48 . 600/12,6
     = 22,85

Menentukan umur bantalan (Lh)
Lh = 500 (Fh)3 (Sularso dan Kiyokatsu Suga,1996; 136)
      = 500 (22,85)3
      = 5965249,5 jam
= (5965249,5 jam)/(24 .360 jam/tahun) = (5965249,5 jam)/(8640 jam/tahun) = 690,5 tahun
Karena umur bantalan melebihi life time minimum maka bantalan aman











BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. HASIL
Berdasarkan perhitungan dan perencanaan yang telah di lakukan maka didapatkan spesifikasi mesin pengiris pisang. Adapun spesifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi Alat :
a) Material yang akan di gunakan : pisang
b) Kapasitas mesin : 60 kg/jam
c) Sistem transmisi : Sabuk dan Pulley

2. Kontruksi Mesin :
a) Daya motor : 0,25Hp
b) Putaran Motor penggerak : 1400 rpm
c) Putaran rotor penggerak : 300 rpm

3. Sistem Transmisi :
a) Sistem transmisi : Sabuk dan Pulley
b) Ukuran Pulley Penggerak : 65 mm
c) Ukuran Pulley yang digerakkan : 305,5 mm
d) Tipe Sabuk yang dipakai : Tipe A, No.56
e) Panjang sabuk :  1422 mm
f) Jumlah sabuk : 1 buah

4. Poros dan Bantalan :
a) Diameter poros penggerak motor : 10 mm
b) Bahan poros penggerak motor : S30C
c) Diameter poros yang digerakkan : 15 mm
d) Bahan poros sambungan pulley : S35C
e) Bantalan poros : Bantalan gelinding no. 6202

5. Pasak :
a) Ukuran pasak motor : 4 x 4(standart)
b) Panjang pasak motor : 19 mm
c) Bahan pasak motor : ST37
d) Ukuran Pasak penyaring: 5 x 5(standart)
`e) Panjang pasak pisau : 20 mm
f) Bahan pasak penyaring : ST37



B. KESIMPULAN

Proses perancangan dan pembuatan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Mesin pengiris pisang ini mampu mengiris hingga rata-rata 60 kg per jamnya.
Perancangan mesin pengiris pisang ini memiliki dimensi yaitu tinggi mesin 700 mm, panjang mesin 600 mm, lebar mesin 450 mm.
Perancangan motor listrik didapatkan hasil daya motor minimum yang dibutuhkan pada perancangan mesin pengiris pisang ini sebesar 0,072 HP. Namun karena adanya kerugian/kehilangan daya dan motor listrik yang tersedia dipasaran maka daya motor listrik yang digunakan pada perancangan mesin pengiris pisang sebesar 0,25 HP.
Hasil perencanaan poros l dengan diameter poros yang digunakan adalah 10 mm (sesuai spek motor pada catalog) dengan bahan poros yang dipakai S30C, untuk poros 2 menggunakan diameter 15 mm dengan bahan poros yang dipakai S35C.
Sistem transmisi digunakan 2 buah pulley dan 1 buah V-belt. Sabuk yang digunakan adalah sabuk tipe A No.56, L = 1422 mm, 1 buah.
Bantalan yang digunakan adalah bantalan gelinding No.6202.

C. SARAN

Perancangan mesin pengiris pisang ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi kualitas bahan, penampilan, dan sistem kerja / fungsi. Oleh karena itu, untuk dapat menyempurnakan rancangan mesin ini perlu adanya pemikiran yang lebih jauh lagi dengan segala pertimbangannya. Beberapa saran untuk langkah yang dapat membangun dan menyempurnakan mesin ini adalah sebagai berikut :
Untuk mendapatkan putaran yang lebih cepat dan lebih kuat untuk mengiris agar meningkatkan daya motor yang lebih dengan cara mengganti motor penggerak utama
Kedepannya diharapkan ada perkembangan alat yaitu dengan penambahan  kecepatan pengirisan, agar didapatkan hasil yang lebih banyak.
Perawatan alat/mesin harus rutin dilakukan, seperti:
Kestabilan gerak poros dan pelumasan pada bantalan
Pemeriksaan secara berkala pada sabuk V-Belt.
Rutin membersihkan pisau agar tidak tumpul dan tetap tajam.
































DAFTAR PUSTAKA

Oka, Satria 2007. Elemen Mesin-Poros . Diakses pada tanggal 8 Desember 2015 dari: http://okasatria.blogspot.co.id/2007/10/engineering-knowledge.html
Arti Kata 2012. Arti dari Ampas . Diakses pada tanggal 10 Desember 2015 dari:http://www.artikata.com/arti-318776-ampas.html
Wikipedia 2015. Sabuk Mesin  . Diakses pada tanggal 12 Desember 2015 dari:https://id.wikipedia.org/wiki/Sabuk_(mesin)
Wikipedia 2015. Filtrasi .Diakses pada tanggal  15Desember 2015 dari:https://id.wikipedia.org/wiki/Filtrasi
Yefri 2010. Pengertian Elemen Mesin.Diakses pada tanggal  20 Desember 2015 dari: https://yefrichan.wordpress.com/2010/05/30/pengertian-elemen-mesin/






Penulis: Rio Adi Trisna